Sejarah Singkat Perjuangan Berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo - Galeri Ulama Salaf

Sejarah Singkat Perjuangan Berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo

Kisah Inspiratif dan Spiritual
Wanita Shalihah dibalik Suksesnya Perjuangan Berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo

Nyai Dlomroh; Wanita Dibalik Suksesnya Pondok Lirboyo

https://galeriulamasalaf.blogspot.com

KH. Abdul Karim (1856-1954) lahir di desa Diyangan, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Beliau belajar ilmu agama atau ngaji di banyak pesantren dan yang paling lama ngaji kepada Syaikhona Kholil Bangkalan kurang lebih selama 23 tahun.

Pada usia 40 tahun, KH. Abdul Karim meneruskan pencarian ilmu di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jatim, yang diasuh oleh sahabat karibnya semasa di Bangkalan Madura, KH. Hasyim Asy’ari. Hingga pada akhirnya KH. Hasyim Asy’ari menjodohkan KH. Abdul Karim dengan putri Kyai Sholeh dari Banjarmelati Kediri, pada tahun 1908 M.
Baca juga : Kisah Kyai Soleh Banjarmelati (Kediri)
KH. Abdul Karim menikah dengan Siti Khodijah Binti KH. Sholeh, yang kemudian dikenal dengan nama Nyai Dlomroh. Dua tahun kemudian KH. Abdul karim bersama istri tercinta hijrah ke tempat baru, di sebuah desa yang bernama Lirboyo, tahun 1910 M. Disinilah titik awal tumbuhnya Pondok Pesantren Lirboyo.

Ketika santrinya semakin banyak, KH. Abdul Karim didatangi oleh utusan dari Magelang tempat kelahiran beliau yang memintanya untuk pulang ke Magelang dan mendirikan pesantren di sana serta disediakan masjid, rumah dan tanah yang bisa menunjang kehidupan beliau. KH. Abdul Karim menyerahkan keputusan kepada Nyai Dlomroh untuk menjawabnya.

Nyai Dlomroh pun menjawab dengan ucapan yang ditujukan kepada KH. Abdul Karim:

    "Kyai, kalau njenengan pulang ke Magelang silahkan, tapi pulangkan saya ke bapak saya. Tapi bila njenengan tetap di sini maka njenengan fokus ngaji dan ngopeni santri, sementara untuk urusan ma'isyah (kebutuhan sehari-hari) saya yang menyanggupi."
Baca juga : Karomah Mbah Marzuqi Dahlan (Lirboyo)
Demikianlah, akhirnya KH. Abdul Karim tetap berada di Lirboyo dan Nyai Dlomroh setiap harinya berangkat ke pasar Bandar untuk berjualan kebutuhan dapur yang kulakan (membeli) dari daerah pegunungan Besuki dan juga usaha jualan kain batik yang langsung dibatik dengan tangan beliau sendiri.
Seiring waktu, beliau mulai menyewa sawah yang ternyata sukses sehingga bisa untuk modal membeli sawah sendiri, bahkan bisa membeli tanah yang berada di sekitar tempat tinggal beliau.

Alhasil, semua tanah komplek asrama santri Pondok Pesantren Lirboyo yang lama dan yang kemudian ditinggali oleh putri-putri dan cucu beliau di Lirboyo adalah hasil dari jerih payah Bu Nyai Dlomroh.

Semoga amal jariyah beliau diterima oleh Alloh Swt dan kita mendapatkan berkah dari pancaran keikhlasan dan ilmu dari KH. Abdul Karim dan istrinya serta para putra dan cucu penerusnya

Jangan lupa bagikan artikel ini ya!

Berikan pendapatmu tentang artikel ini

Notification
Ini adalah popup notifikasi.
Done