Galeri Ulama Salaf: Kisah Habaib
Showing posts with label Kisah Habaib. Show all posts
Showing posts with label Kisah Habaib. Show all posts

Keistimewaan Kota Tarim Yaman


Hadramaut, mendengar kata itu seolah kita diajak berpeluang kezaman para Nabi dan Rasul. Lembah gersang yang berada di negara paling ujung selatan jazirah Arab tersebut lebih dikenal dengan istilah Al Ahqoff dalam Al qur'an dan menyimpan berjuta-juta rahasia yang tidak diketahui oleh khalayak ramai.


Dan kendati tanahnya yang sangat gersang dan cuacanya yang begitu ekstrim, hal itu tidak menyurutkan betapa gigihnya para wali dan ulama Hadramaut untuk untuk terus berjuang menyebarkan panji-panji syari'at Islam. Banyak para wali dan ulama di Hadramaut bermunculan laksana suburnya rumput hijau yang tumbuh ditaman yang asri Kota Tarim.

Tarim merupakan salah satu kota di negeri Hadramaut, Yaman. Terletak kurang lebih 500 km dari ibu kota Yaman, Shana'a, Tarim adalah sebuah kota yang tergolong subur dan makmur.

Kota tersebut adalah kota bersejarah dan memiliki banyak kemuliaan dari Allah, berkat do'a kholifah Rasulullah,
Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiiq radhiyallahu'anhu. Beliau pernah menuturkan,
“Apabila aku bermimpi masuk ke kota tarim, maka keesokan harinya hatiku terasa bahagia, dan kebahagiaan itu aku rasakan selama tiga hari.

Dan bila aku berziarah ke kota itu, maka kebahagiaan itu aku rasakan selama tujuh hari tujuh malam. Para salafunas sholihin banayk menyebut kota Tarim dengan “Madinat us-Shiddiiq”.
Baca juga : Karomah Habib Anis Al habsyi Solo
Karena pada saat kholifah Rasulullah, Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiiq radhiyallahu'anhu meminta sumpah setia kepada penguasa kota tarim saat itu, yang bernama Ziyad bin Lubeid al-Anshoriy, maka sumpah itu disambut baik oleh penguasa Tarim dan seluruh penduduk kota itu, tanpa terkecuali.

Pada saat berita ini sampai kepada kholifah Sayyidina Abu Bakar, beliau langsung berdoa dengan 3 permohonan yang beliau panjatkan kepada Allah Ta'alaa hanya khusus untuk kota Tarim dan penduduknya, yaitu :

1). Mudah-mudahan Allah memberikan kemakmuran untuk kota tarim.
2). Mudah-mudahan Allah memberkahi kesuburan tanahnya dan sumber airnya.
3). Mudah-mudahan Allah memberkahi Tarim dengan banyaknya para ulama yang sholih dan menjadikannya negeri yang subur akan awliya-Nya (para wali Allah).

Saat dibacakan dihadapan Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi (shohib simtud duror) tentang kesholihan dan ketinggian ilmu para salaf sholih radhiyallahu'anhum yang ada di Tarim. Beliau radhiyallahu'anhu berkata,

“Siapa yang tak kenal kota Tarim?
Tarim adalah Surga Allah yang ada di bumi ini. Aku selalu merindukan kota Tarim.
Bagaimana tidak?

Semua sudut di kota itu telah melahirkan para wali Allah. Negeri itu subur akan ulama dan awliya Allah.
Keistimewaan kota Tarim yang lain adalah, dikota tersebut tersebar anak cucu Rasulullah SAW. Mereka tumbuh di tanah yang penuh dengan kemuliaan.

Pernah pada suatu ketika Rasulullah SAW bersabda,
“Sungguh aku benar-benar mencium harumnya karunia Allah SWT dari Yaman. Betapa banyak hikmah yang terpancar dari sana.”

Salah seorang 'arif billah mengatakan bahwa yang dimaksud oleh Rasulullah dalam haditsnya tersebut tiada lain adalah kota Tarim dan penduduknya.
Pada suatu saat ada seorang darwisy (orang yang pakaiannya lusuh dan kumah) datang kepadaku, tampaknya ia adalah orang sholih dan memiliki rahasia Allah.

Ia berkata kepadaku,
“Ya Sayyidi Ali! Ketika aku datang ke tempat seorang wali dimana pun, maka kudapatkan suasana hening dan khidmat di saat aku berziarah ke kuburnya atau saat ada dalam kubahnya saja.
Tetapi bila aku masuk kota Tarim, maka kudapatkan suasana hening dan khidmat itu memenuhi setiap sudut kota itu, bahkan di pasar-pasarnya.”

Lalu kukatakan kepadanya,
“Bila pasarnya saja memancarkan keagungan, apalagi masjid-masjidnya.”
Baca juga :Karomah Habib Abu Bakar Assegaf Gresik
“ Andai saja mereka melihat hakikat kota Tarim, niscaya mereka akan mengatakan 'Syurga dunia adalah Tarim' ”
(Al Imam Ahmad bin Abil Hubb)

“Setetes ilmu di Tarim lebih baik daripada lautan ilmu diluar Tarim”
(Al Imam Abdurrahman Assegaff)

“Dimaqbaroh Zambal dimakamkan lebih dari 10000 wali,
80 diantaranya adalah wali quthb
(tingkatan wali tertinggi)”
(Al Imam Abdurrahman Assegaff)

jumlah ini sekitar 600 tahun yang lau, sebelum wafatnya Imam Assegaff, Imam Alaydrus, Imam Al Muhdlor, Imam Al Haddad dan masih banyak lagi. mungkin sekarang jumlah auliya' di zambal sudah mencapai ratusan ribu. dizambal juga terdapat makam para sahabat nabi (Ahlul Badr)

“Siapa yang tetap dengan adab dan akhlaq di Tarim, maka Tarim akan menjadikannya bintang, bulan, atau bahkan matahari yang menerangi manusia dengan ilmu dan cahayanya”
(Al Imam Alwi bin Shihab)

”Tidak ada tempat didunia ini yang lebih baik dari Tarim setelah al masaajid ats tsalaasah (Makkah, Madinah, Aqsho).”
(Al-Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad)

Karomah Habib Anis Bin Alwi Al Habsy (Solo)

Pernah suatu ketika, datang seorang pengusaha sukses menemui Habib Anis dan membawa satu buntalan besar berisi uang, masih baru dan masih ada label jumlah uangnya dari Bank tertentu, hanya Allah yang mengetahui berapa banyaknya. 


Saat menerima segepok uang itu Habib Anis hanya tersenyum.

“ Terimakasih..” Kata beliau sambil memerintahkan keponakannya membawa uang – uang tersebut kedalam kamar beliau. 

Oleh keponakan beliau itu buntalan uang di letakkan samping pintu kamar. 

Setengah hari kemudian, saat sesudah jama’ah shalat di Masjid tampak si pengusaha memandangi lama jendela masjid serta kusen-kusennya. 

Tiba–tiba di hadapan Habib Anis ia berkata :

“ Habib, alangkah bagusnya jika jendela serta kusen-kusennya diganti yang baru … Yang begini …Yang begini … “

Mendengar ucapannya tersebut, Habib memerintahkan keponakannya untuk mengambil kembali buntalan uang dari dalam kamar. 

Pemuda itu menyaksikan uang-uang itu masih tetap pada tempatnya semula. 

Tampak Habib Anis seharian di dalam kamar sama sekali tidak menyentuhnya, membukanya apalagi menghitung berapa jumlahnya. 

Begitu uang sudah ada di hadapan pengusaha tersebut, beliau menyerahkannya kembali kepada si pengusaha sembari berkata :

“Ana bikin masjid ini dari kantong ana sendiri. Apakah antum kira dengan memberi uang, antum bisa mengatur–atur pekerjaan ana? Ini uang ana kembalikan. “

Si pengusaha sontak menangis dan dengan nada menyesal dia meminta maaf atas kelancangan dirinya dan meminta dengan sangat agar Habib sudi menerima kembali shadaqahnya. 

Tetapi Habib tetap menolak .
Soal rejeki Habib Anis sering memberi nasehat untuk banyak – banyak membagi rejeki kepada sesama. 

Bersedekah sesuai dengan kemampuannya. Beliau sendiri terkenal seorang yang dermawan, terutama saat – saat bulan Ramadhan dan Lebaran. Para tukang becak dan tetangga-tetangga beliau tahu benar tentang hal ini .

Dan memang bersedekah itu selalu saja membawa berkah. Tidak ada ceritanya seorang yang gemar bersedekah hidupnya morat-marit . Justru yang ada hidup tambah berkah . Dan rejeki malah selalu bertambah dan melimpah ruah .
Beliau cerita :

“ Dahulu, di bulan Ramadhan, ana ingin sekali bersedekah, tetapi saat itu ana tidak mempunyai apa-apa. 

Lalu datang seorang muhibbin memberi ana satu buah sarung BHS, sarung mahal. 

Ana pikir, mengapa tidak sarung ini saja yang saya sedekahkan?

Ahirnya sarung BHS itu ana sedekahkan, padahal sebenarnya ana ingin memakainya juga karena itu sarung yang bagus dan mahal harganya. 

Dan ajaibnya, begitu sarung selesai ana sedekahkan, satu dua jam kemudian datang seseorang menemui ana. 

Dia datang sambil memikul satu kardus, dan diluar masih banyak.

Dia bilang, Habib mohon diterima shadaqah dari saya untuk Habib. Seratus potong sarung BHS … 

Kata beliau “nampaknya Allah membalas sedekah ana jauh lebih banyak dari yang semestinya. “ Au kama qola al Habib Anis .

Dan memang secara hitungan matematisnya, Habib seharusnya hanya mendapat payback 10 buah sarung saja, karena satu buah kebaikan di lipatkan Allah balasannya 10 kali lipatan. 
Namun, jika bersedekah atas sesuatu barang yang di sukai oleh diri sendiri. 

Sesuatu yang sebenarnya berat melepaskannya, apalagi jika itu satu-satunya yang dimiliki, maka balasan Allah bisa jauh berlipat dari yang semestinya.

Pada saat usia sepuh beliau, tampaknya maqam dan kedudukan beliau sudah sejajar dengan para asalafnya. 

Dalam urusan duniawinya misalnya, beliau sudah tidak ada lagi taalluq dengan dunia dengan segala kemewahannya kecuali kepada Allah semata. 

Justru dunialah yang ‘kepincut’ untuk bisa berta’alluq dengan diri beliau sebagaimana kalam kakek beliau :

“ Allah berkata kepada dunia …Wahai dunia..Siapa gerangan yang berkhidmat kepada_Ku maka khidmatilah dia. Dan siapa gerangan yang berkhidmat kepadamu, maka perbudaklah dia … Man khodamani fakh dami hi … Waman khodamaka fastakhdami hi .”

Suatu saat Habib Anis bercakap – cakap dengan para tamu . 

Kemudian mengharuskan beliau untuk mengambil sejumlah uang untuk meminta seseorang membayar sesuatu . 

Beliau kemudian memanggil keponakan beliau .

“ Ambilkan ana uang yang ada di dalam almari .” Perintah beliau .

Keponakan itu masuk ke dalam kamar Habib Anis dan membuka almari beliau. 

Betapa kagetnya dirinya melihat almari itu penuh berisi tumpukan – tumpukan uang yang masih ada lebel Bank nya.

 Betapa tidak kaget, sedangkan beberapa menit sebelumnya dia ada di kamar itu, menyapu lantai dan membersihkan dalamnya. 

Dia pun ingat saat membersihkan almari, almari itu kosong tidak ada isinya. 

Apalagi berisi uang sebegitu banyaknya.

Dia ambil satu dua bendel uang dan dia serahkan kepada beliau, sambil tersenyum 

Habib Anis bertanya kepadanya : 

“ Hanya ini yang kamu ambil , Ya Fulan ? “
Keponakan Habib Anis itu pun tersenyum kecut diledekin Pamannya demikian. 

Habib kemudian menyerahkan sejumlah uang kepada seseorang dan tersisa hanya sedikit, lalu oleh Habib sisa uang tadi beliau masukkan ke dalam kantong baju sang keponakan .
Habib Anis kemudian berkata kepadanya : 
“ Tolong ane ambilkan kopyah putih yang ada di atas almari .. “

Keponakannya segera masuk ke dalam kamar, dia cari kopyah yang di maksud tetapi tidak ketemu. 

Apa di dalam lemarinya ya? Pikirnya. Maka dia kemudian membuka almari .

Betapa kagetnya dia, saat melihat dalamnya almari Al Habib Anis itu kosong tidak berisai apapun. 

Lantas kemana larinya gundukan – gundukan uang yang dia saksikan beberapa menit sebelumnya?

Tampaknya Habib Anis menyuruh dirinya mengambilkan sesuatu, namun sejatinya Habib Anis ingin menunjukkan kepadanya ‘sesuatu’ yang lain . 

Semoga Allah meninggikan derajat Baginda Habib Anis dalam barzakhnya , mengharumkan kubur beliau dengan misik-misik kemuliyaan . 

Dan tiada henti Allah memancarkan madad dan keberkahannya kepada kita sekalian.

Aamiin...

Akibat Mencaci Maki Ahli Zuriat Rosululloh





http://galeriulamasalaf.blogspot.com

Di dalam kitab “Makrifatu Muhammad” saya mendapati sebuah kisah menarik tentang kisah nyata yang dikisahkan oleh para ulama.

Terkisahlah pada zaman dahulu ada seorang ulama yang memiliki kharisma, berilmu luas, serta memiliki murid yang banyak. Namun, sayangnya dibalik jubah keulamaannya, dia tidak memiliki kebersihan hati, sehingga tidak mampu membedakan kemuliaan ahli bait Rosulillah.


Pada saat yang sama di kawasan tempat tinggal ulama itu terdapat seorang Habib zuriat Rosululloh yang senang berbuat maksiat, mabuk-mabukkan, serta berjudi. Si ulama yang sedemikian tidak menyenangi keturunan para Habaib itu semakin menjadi-jadi kebenciannya.

Dalam setiap kesempatan ceramah maupun bertemu dengan siapa pun si ulama besar itu selalu mencela dan memaki si habib yang senang mengerjakan maksiat itu. Sang Ulama mengajak dan menyerukan para murid-muridnya untuk membenci dan menjauhi Habib tersebut.


Sampai pada suatu malam, sang Ulama bermimpi bertemu dengan baginda Rosululloh al-Musthofa Datuk semua Habaib ( Para Habib) dan Syaroif ( Para Syarif ). 


Dalam mimpinya memang diyakini beliau adalah Rosululloh. Dikuatkan dengan suara, “Inilah Rosululloh yang mulia!”.


Namun sayang seribu kali sayang, mimpi mulia yang seharusnya menjadi anugerah terbesar dan idaman semua orang yang beriman justru menjadi sebuah mimpi buruk bagi sang ulama yang berbuah kekecewaan dan kesedihan. 


Apa pasalnya?


Dalam mimpi itu baginda Rosululloh Shollallohu alaihi wassalam tidak berkenan menampakkan wajah mulianya. Baginda berpaling punggung.

Sang Ulama pun bermohon dalam mimpinya, “Wahai Rosulillah yang mulia, mohon kiranya saya diperkenankan untuk menatap wajah mulia engkau wahai Rosululloh! Berilah syafaat padaku” pintanya. 


Lantas apa jawaban Rosululloh dalam mimpi tersebut.
“Wahai fulan! Bagaimana mungkin aku memperlihatkan wajahku padamu, sedangkan engkau tak mengenali anak cucuku? Bagaimana mungkin aku menatapmu, sedangkan engkau memalingkan wajahmu dari menatap anak cucuku? Bagaimana mungkin aku memberimu syafa'at, sedangkan engkau memusuhi anak cucuku dan engkau mengajak orang lain untuk membenci dan menjauhi anak cucuku?!”


Demi mendengar jawaban itu, Sang Ulama menangis sejadi-jadinya, hingga ia terbangun dari tidurnya. 


Keesokan harinya, sang ulama tersebut bergegas mencari seorang Habib yang sering dicapnya sebagai ahli maksiat. Namun, habib yang dicari tidak didapati keberadaannya di tempat ia biasa berada. 


Sang Habib seperti menghilang di telan bumi.

Berselang beberapa minggu kemudian, tepatnya 40 hari, semenjak peristiwa mimpi itu, sang ulama mendengar kabar bahwa habib itu meninggal dunia di sebuah masjid dalam keadaan bersujud. Si habib terah bertaubat atas bimbingan kakeknya, Rosululloh al-Musthofa Shollallohu alaihi wasallam. Masya Alloh Tabarokalloh.


Tinggal si ulama itu dengan penuh penyesalan.

Akhir dari kisah itu, Alloh cabut keberkahan ilmu dari ulama itu. Murid-muidnya satu persatu berhenti dari majlis pengajiannya. Sang ulama terfitnah dan dipenjarakan. Dan akhir dari perjalanan hidupanya Sang Ulama PEMBENCI HABAIB meninggal dalam keadaan SU’UL KHOTIMAH ( AKHIR YANG BURUK )



Qishoh ini bukan sebuah LEGITIMASI dan PEMBENARAN bahwa para Ahli Bait Rosulilloh boleh melakukan kemaksiatan serta melanggar hukum ketentuan Alloh. Bukan sama sekali!


Namun, kisah ini mengajarkan kepada kita tentang SEBUAH PENGAJARAN ADAB DAN AKHLAQ UNTUK MEMULIAKAN AHLUL BAIT NABI (DZURIYYAH ROSULULLOH S.A.W). 


Sebab 


KEBERKAHAN ILMU
KEBERKAHAN AMAL SHOLEH
KEBERKAHAN SYAFA'AT 


tidak akan diperoleh, melainkan dari KECINTAAN DAN KEREDHOAN BAGINDA ROSULULLOH S.A.W.


Salah satu jalan mencapai keridhoan tersebut adalah MENCINTAI dan MENGHORMATI AHLI BAIT DZURIYYAH ROSULILLAH MUHAMMAD SHOLALLOHU ALAIHI WA SALLAM. 


Kata guru kami Syaikhuna Al-Alimul al-Allamah Syekh Zaini Abdul Ghani Martapura Kalimantan Selatan beliau mengatakan, “Seseorang masih terhalang memperoleh kecintaan Rosululloh, selama masih ada permasalahan dengan ahli bait Rosululloh.”


Para Habaib, para Syarif, para Syarifah bukanlah manusia suci yang terbebas dari dosa dan kemaksiatan. Mereka sama seperti kita. Namun membedakan antara mereka dengan kita, di dalam aliran darah dan daging mereka mengalir darah daging (DZATIYYAH) manusia teragung dan termulia, Rosululloh al-Musthofa.


Biarlah soal dosa dan kesalahan yang mereka lakukan menjadi urusan mereka dengan Alloh dan kakeknya. Tugas kita mendoakan agar mereka mendapatkan petunjuk hidayah.

Oleh karena itulah, ADAB dan SIKAP terbaik kita ketika menemui mereka yang melakukan maksiat, janganlah kita ikut-ikutan memusuhi dan membenci mereka. Buru-buru memvonis mereka, menjauhi mereka.


Jangan sampai mencela dan memaki mereka. Apalagi memfitnah dan mempolitisasi mereka atas dasar dugaan yang belum pasti hingga menginginkan mereka celaka atau masuk penjara.


Hukum tetaplah hukum yang tetap dijunjung tinggi, baik hukum syariat maupun hukum konstitusi. Biarkan para pakar ahli hukum dan pihak pengadilan yang berwenang memutuskan bersalah atau tidaknya.


Sikap terbaik kita adalah mendoakan jika mereka memang benar bersalah agar Alloh segera mengampuni dan memberikan hidayah.
Dan jika mereka berada di jalan yang benar, semoga Alloh melindungi mereka atas KEJAHATAN & MAKAR DARI ORANG-ORANG YANG MEMBENCI MEREKA PARA HABAIB. Hal ini kita lakukan semata-mata ATAS DASAR KECINTAAN kita kepada Rosululloh shollallohu alaihi wassalam.


Sekali lagi, sikap ini bukan pengkultusan terhadap AHLU BAIT keturunannya, namun sebuah sikap adab cara menghormati dan memuliakan Rosululloh shollallohu alaihi wasallam.


Bukankah Rosululloh tidak pernah meminta apapun dari perjuangan beliau, melainkan agar kita umatnya menyayangi dan memuliakan anak cucu keturunannya yang pada hakikatnya mencintai kakeknya baginda Rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Dan jelas di dalam al-Qur’an secara eksplisit Alloh menyebutkan keutamaan para ahli bait Rosulillah serta menyucikan mereka.


Dan bagi zuriat Rosulillah, alangkah bagusnya menjadi figur yang mengajarkan kecintaan kepada Alloh dan Rosululloh. 


Jika mereka mengamalkan kebaikan, maka mereka akan memperoleh pahala dan keutamaan berganda lipat. Sebaliknya jika dengan posisi mereka sebagai ahli bait Rosululloh mengerjakan kemaksiatan tentu dosanya juga berkali lipat. 

Alloh Maha Adil.


Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan kecintaan Rosululloh serta menjadi bagian orang yang mencintai ahli keluarga zuriat beliau bukankah di setiap sholat ketika bersholawat kepada Rosululloh dan kepada ahli zuriat Aali Muhammad shollallohu alaihi wassalam. 


Semoga bermanfaat. 


Wallohu ‘alamBAB ADAB


Akibat Mencaci Maki Ahli Zuriat Rosululloh


Di dalam kitab “Makrifatu Muhammad” saya mendapati sebuah kisah menarik tentang kisah nyata yang dikisahkan oleh para ulama.
Terkisahlah pada zaman dahulu ada seorang ulama yang memiliki kharisma, berilmu luas, serta memiliki murid yang banyak. Namun, sayangnya dibalik jubah keulamaannya, dia tidak memiliki kebersihan hati, sehingga tidak mampu membedakan kemuliaan ahli bait Rosulillah.


Pada saat yang sama di kawasan tempat tinggal ulama itu terdapat seorang Habib zuriat Rosululloh yang senang berbuat maksiat, mabuk-mabukkan, serta berjudi. Si ulama yang sedemikian tidak menyenangi keturunan para Habaib itu semakin menjadi-jadi kebenciannya.
Dalam setiap kesempatan ceramah maupun bertemu dengan siapa pun si ulama besar itu selalu mencela dan memaki si habib yang senang mengerjakan maksiat itu. Sang Ulama mengajak dan menyerukan para murid-muridnya untuk membenci dan menjauhi Habib tersebut.


Sampai pada suatu malam, sang Ulama bermimpi bertemu dengan baginda Rosululloh al-Musthofa Datuk semua Habaib ( Para Habib) dan Syaroif ( Para Syarif ). 


Dalam mimpinya memang diyakini beliau adalah Rosululloh. Dikuatkan dengan suara, “Inilah Rosululloh yang mulia!”.


Namun sayang seribu kali sayang, mimpi mulia yang seharusnya menjadi anugerah terbesar dan idaman semua orang yang beriman justru menjadi sebuah mimpi buruk bagi sang ulama yang berbuah kekecewaan dan kesedihan. 


Apa pasalnya?


Dalam mimpi itu baginda Rosululloh Shollallohu alaihi wassalam tidak berkenan menampakkan wajah mulianya. Baginda berpaling punggung. Sang Ulama pun bermohon dalam mimpinya, “Wahai Rosulillah yang mulia, mohon kiranya saya diperkenankan untuk menatap wajah mulia engkau wahai Rosululloh! Berilah syafaat padaku” pintanya. 


Lantas apa jawaban Rosululloh dalam mimpi tersebut.
“Wahai fulan! Bagaimana mungkin aku memperlihatkan wajahku padamu, sedangkan engkau tak mengenali anak cucuku? Bagaimana mungkin aku menatapmu, sedangkan engkau memalingkan wajahmu dari menatap anak cucuku? Bagaimana mungkin aku memberimu syafa'at, sedangkan engkau memusuhi anak cucuku dan engkau mengajak orang lain untuk membenci dan menjauhi anak cucuku?!”


Demi mendengar jawaban itu, Sang Ulama menangis sejadi-jadinya, hingga ia terbangun dari tidurnya. 


Keesokan harinya, sang ulama tersebut bergegas mencari seorang Habib yang sering dicapnya sebagai ahli maksiat. Namun, habib yang dicari tidak didapati keberadaannya di tempat ia biasa berada. 


Sang Habib seperti menghilang di telan bumi.


Berselang beberapa minggu kemudian, tepatnya 40 hari, semenjak peristiwa mimpi itu, sang ulama mendengar kabar bahwa habib itu meninggal dunia di sebuah masjid dalam keadaan bersujud. Si habib terah bertaubat atas bimbingan kakeknya, Rosululloh al-Musthofa Shollallohu alaihi wasallam. Masya Alloh Tabarokalloh.


Tinggal si ulama itu dengan penuh penyesalan.

Akhir dari kisah itu, Alloh cabut keberkahan ilmu dari ulama itu. Murid-muidnya satu persatu berhenti dari majlis pengajiannya. Sang ulama terfitnah dan dipenjarakan. Dan akhir dari perjalanan hidupanya Sang Ulama PEMBENCI HABAIB meninggal dalam keadaan SU’UL KHOTIMAH ( AKHIR YANG BURUK ).


Qishoh ini bukan sebuah LEGITIMASI dan PEMBENARAN bahwa para Ahli Bait Rosulilloh boleh melakukan kemaksiatan serta melanggar hukum ketentuan Alloh. Bukan sama sekali!


Namun, kisah ini mengajarkan kepada kita tentang SEBUAH PENGAJARAN ADAB DAN AKHLAQ UNTUK MEMULIAKAN AHLUL BAIT NABI (DZURIYYAH ROSULULLOH S.A.W). 


Sebab 


KEBERKAHAN ILMU
KEBERKAHAN AMAL SHOLEH
KEBERKAHAN SYAFA'AT 


tidak akan diperoleh, melainkan dari KECINTAAN DAN KEREDHOAN BAGINDA ROSULULLOH S.A.W.


Salah satu jalan mencapai keridhoan tersebut adalah MENCINTAI dan MENGHORMATI AHLI BAIT DZURIYYAH ROSULILLAH MUHAMMAD SHOLALLOHU ALAIHI WA SALLAM. 



Kata guru kami Syaikhuna Al-Alimul al-Allamah Syekh Zaini Abdul Ghani Martapura Kalimantan Selatan beliau mengatakan, “Seseorang masih terhalang memperoleh kecintaan Rosululloh, selama masih ada permasalahan dengan ahli bait Rosululloh.”


Para Habaib, para Syarif, para Syarifah bukanlah manusia suci yang terbebas dari dosa dan kemaksiatan. Mereka sama seperti kita. Namun membedakan antara mereka dengan kita, di dalam aliran darah dan daging mereka mengalir darah daging (DZATIYYAH) manusia teragung dan termulia, Rosululloh al-Musthofa.


Biarlah soal dosa dan kesalahan yang mereka lakukan menjadi urusan mereka dengan Alloh dan kakeknya. Tugas kita mendoakan agar mereka mendapatkan petunjuk hidayah.

Oleh karena itulah, ADAB dan SIKAP terbaik kita ketika menemui mereka yang melakukan maksiat, janganlah kita ikut-ikutan memusuhi dan membenci mereka. Buru-buru memvonis mereka, menjauhi mereka.


Jangan sampai mencela dan memaki mereka. Apalagi memfitnah dan mempolitisasi mereka atas dasar dugaan yang belum pasti hingga menginginkan mereka celaka atau masuk penjara.


Hukum tetaplah hukum yang tetap dijunjung tinggi, baik hukum syariat maupun hukum konstitusi. Biarkan para pakar ahli hukum dan pihak pengadilan yang berwenang memutuskan bersalah atau tidaknya.


Sikap terbaik kita adalah mendoakan jika mereka memang benar bersalah agar Alloh segera mengampuni dan memberikan hidayah.

Dan jika mereka berada di jalan yang benar, semoga Alloh melindungi mereka atas KEJAHATAN & MAKAR DARI ORANG-ORANG YANG MEMBENCI MEREKA PARA HABAIB. Hal ini kita lakukan semata-mata ATAS DASAR KECINTAAN kita kepada Rosululloh shollallohu alaihi wassalam.


Sekali lagi, sikap ini bukan pengkultusan terhadap AHLU BAIT keturunannya, namun sebuah sikap adab cara menghormati dan memuliakan Rosululloh shollallohu alaihi wasallam.


Bukankah Rosululloh tidak pernah meminta apapun dari perjuangan beliau, melainkan agar kita umatnya menyayangi dan memuliakan anak cucu keturunannya yang pada hakikatnya mencintai kakeknya baginda Rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Dan jelas di dalam al-Qur’an secara eksplisit Alloh menyebutkan keutamaan para ahli bait Rosulillah serta menyucikan mereka.


Dan bagi zuriat Rosulillah, alangkah bagusnya menjadi figur yang mengajarkan kecintaan kepada Alloh dan Rosululloh. 


Jika mereka mengamalkan kebaikan, maka mereka akan memperoleh pahala dan keutamaan berganda lipat. Sebaliknya jika dengan posisi mereka sebagai ahli bait Rosululloh mengerjakan kemaksiatan tentu dosanya juga berkali lipat. 


Alloh Maha Adil.


Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan kecintaan Rosululloh serta menjadi bagian orang yang mencintai ahli keluarga zuriat beliau bukankah di setiap sholat ketika bersholawat kepada Rosululloh dan kepada ahli zuriat Aali Muhammad shollallohu alaihi wassalam. 


Semoga bermanfaat. 


Wallohu ‘alam


Foto:Kujungan Al Habib Syekhon Kekediaman Maulana Habib Lutfi Bin Yahya Pekalongan.



#galeriulamasalaf

#habaib

#habibluthfi

#habibsyekhon

#ulamaNU

#karomah

KAROMAH AL IMAM AL QUTHB AL HABIB ABU BAKAR BIN MUHAMMAD ASSEGAF GRESIK

 


Suatu hari Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi Shohibul Maulid Simthud Dhuror berkata :
“Kelak akan ada seorang muridku yang memiliki kekeramatan sama denganku namanya adalah Abu Bakar Assegaf."

Akhirnya diketahui ternyata beliau adalah Sayyidina Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf wali quthub, asal Gresik.

Dikatakan bahwa maqom (kedudukan) Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf telah mencapai tingkat Shiddiqiyah Kubro. Maqom puncak di mana tidak ada lagi maqom di atasnya kecuali kenabian. Hal itu telah diakui oleh para wali yang hidup sezaman dengan beliau.

Al-Imam Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar berkata :
“Demi fajar dan malam yang sepuluh dan yang genap dan yang ganjil. Sungguh Al-Akh Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah mutiara keluarga Segaf yang terus menggelinding (maqomnya) bahkan membumbung tinggi menyusul maqom-maqom para aslafnya (leluhurnya)."

Al Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad berkata :
“Sesungguhnya Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang Quthb Al-Ghaust juga sebagai tempat turunnya pandangan (rahmat) ALLAH SWT."
Al-Arif Billah Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi pernah berkata di rumah Al-Habib Abu Bakar Assegaf di kala beliau membubuhkan tali ukhuwah antara beliau dengan Al-Habib Abu Bakar Assegaf, pertemuan yang diwarnai dengan derai air mata.
Habib Ali berkata kepada para hadirin ketika itu:

"Habib Abu Bakar ini adalah Raja Lebah (Rajanya para Wali di zamannya). Beliau adalah saudaraku di jalan ALLAH. Pandanglah beliau, karena memandang beliau adalah Ibadah."

Al-Habib Husain bin Muhammad al-Haddad berkata :
“Sesungguhnya Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang khalifah. Beliau adalah penguasa saat ini, beliau adalah Pemimpin Para Wali di masanya, beliau telah berada pada Maqom As-Syuhud yang mampu menyaksikan (mengetahui) hakekat dari segala sesuatu."

Di antara ucapan Al Quthb Al-Habib Abu Bakar Assegaf adalah :
"Jika seorang wali meninggal, mereka pasti mengangkat seseorang untuk menggantikannya, mewarisi hal (keadaan)nya dan menduduki kedudukannya. Jika pengganti yang terpilih belum memiliki kemampuan itu untuk menerima hal tersebut, mereka menitipkan hal tersebut kepada salah seorang wali sebagai wakil sampai sang pengganti mampu untuk membawa sirr tersebut.


Baca juga : Mbah Hasyim Menggendong Nabi Khidir

Kadang-kadang Allah mengujinya dengan menggerakkan lisan masyarakat yang mengganggu harga dirinya, mencela dan menyakitinya sehingga keadaannya menjadi sempurna dan menjadi mampu membawa sirr tersebut. Saat itulah mereka berikan warisannya.”

Diriwayatkan bahwa beliau mengalami suatu penyakit yg parah hingga tampak bekas hitam di dada beliau. Hal ini dikarenakan beliau adalah Penyandang Bala' bagi umat manusia. Beliau berkata, “Apa yang kalian lihat menimpa diriku sebenarnya bukanlah musibah, itu adalah kenikmatan di atas kenikmatan, aku merasakan kesenangan dan kelezatan dengannya. Sedangkan rintihan, keluhan yang kalian dengar dariku hanyalah sesuatu yang manusiawi, pengakuan atas kelemahanku dan kebutuhanku kepada Allah SWT. Sekarang aku menikmati dua kesenangan. Nikmat sabar dan syukur”

Beliau juga berkata,
“Saat aku sakit, Al-Musthofa SAW datang menjengukku dan aku dalam keadaan sadar (yaqodhoh).
Aku berpelukan dengan Beliau SAW di tempat ini (sambil menunjuk tempat yang biasa beliau duduki).
Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam juga pernah datang ke tempat ini setelah sholat Ashar dan aku dalam keadaan terjaga.

Aku sedang duduk di atas sajadah, tiba-tiba Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam datang diapit dua orang lain.
Salah seorang di antara mereka berkata :“Kenalkah kau orang ini?”
Katanya seraya menunjuk orang yang di tengah.
“Tidak,” Jawabku.
“Beliau adalah kakekmu, Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam,” Kata orang itu.
Para auliya’ bersepakat bahwa Maqom Ijtima’ (bertemu) dengan Nabi SAW dalam waktu terjaga, adalah sebuah maqam yang melampaui seluruh maqom yang lain.
Hal ini tidak lain adalah buah dari mutaba'ah dzohir batin beliau terhadap sunnah-sunnah Nabi SAW.

Beliau juga pernah berkata, “Aku adalah Ahluddarak, barang
siapa yang memohon pertolongan ALLAH melaluiku, maka dengan izin ALLAH aku akan membantunya, barang siapa yang berada dalam kesulitan lalu memanggil-manggil namaku maka aku akan segera hadir di sisinya dengan izin ALLAH."
Ijazah beliau :


Baca juga : Karomah Mbah Mangli Yang Dapat Melipat Bumi

Dalam acara rutinan rauhah 3 Jumadal Ula, 1355 H. Pada acara rauhah di Kediaman beliau di Gresik, al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf menuntun orang-orang yang hadir di acara tersebut dengan kalimat jalalah berikut ini:

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَوْجُودْ فِيْ كُلِّ زَمَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْبُودْ فِيْ كُلِّ مَكَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَذْكُورْ بِكُلِّ لِسَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْرُوفْ بِاْلاِحْسَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِى شَأْن
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْأَمَانْ اَلْأَمَانْ مِنْ زَوَالِ الْاِيْمَانْ
وَمِنْ فِتْنَةِ الشَّيْطَانْ، يَا قَدِيْمَ الْاِحْسَانْ
كَمْ لَكَ عَلَيْنَا مِنْ إِحْسَانْ،
اِحْسَانُكَ الْقَدِيمْ ,يَا حَنَّانْ يَا مَنَّانْ،
يَا رَحِيمُ يَا رَحْمنْ, يَا غَفُورُ يَا غَفَّارْ، اِغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا
وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينْ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.

Setelah beliau menuntun hadirin dengan dzikir di atas beliau bercerita:
”Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang sholeh dia adalah al-Qodhi Abdullah al-Baghdadiy. Dia berkata : “Aku pernah melihat Nabi Muhammad shalallahu a'laihi wa sallam di dalam mimpi dan beliau terlihat pucat sekali lalu aku berkata kepada Nabi Muhammad shalallahu a'laihi wa sallam : “Kenapa engkau wahai Nabi, wajah engkau pucat sekali ?”

Lalu Nabi Muhammad shalallahu a'laihi wa sallam menjawab : “Di malam ini telah meninggal 1.500 orang dari ummat-KU, dua dari mereka meninggal dalam keadaan iman dan sisanya meninggal tanpa membawa iman (su’ul khotimah).”

Aku berkata lagi kepada Nabi Muhammad shalallahu a'laihi wa sallam : “lalu apa kiat-kiat dari engkau untuk orang-orang yang bermaksiat agar mereka meninggal dengan membawa iman?” Nabi Muhammad shalallahu a'laihi wa sallam berkata: “Ambilah kertas ini dan baca shalallahu a'laihi wa sallam, siapa orang membacanya dan membawanya lalu dia memindah dari satu tempat ke tempat yang lain ( menyebarkan dan mengajarkan ) maka termasuk dari golongan-KU dan akan meninggal dalam keadaan membawa iman, akan tetapi siapa orang yang telah mendengarkannya dan dia tidak membacanya, tidak menyebarkannya maka dia lepas dari aku dan akupun lepas darinya.” Seketika itu aku langsung terbangun dari tidurku dan aku lihat kertas tersebut yang telah ada di genggamanku ternyata di dalamnya berisi tulisan yang penuh barokah, tulisan tersebut adalah :

بسم الله الرحمن الرحيم
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَوْجُودْ فِيْ كُلِّ زَمَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْبُودْ فِيْ كُلِّ مَكَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَذْكُورْ بِكُلِّ لِسَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْرُوفْ بِاْلاِحْسَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِى شَأْن
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْأَمَانْ اَلْأَمَانْ مِنْ زَوَالِ الْاِيْمَانْ
وَمِنْ فِتْنَةِ الشَّيْطَانْ، يَا قَدِيْمَ الْاِحْسَانْ
كَمْ لَكَ عَلَيْنَا مِنْ إِحْسَانْ،
اِحْسَانُكَ الْقَدِيمْ ,يَا حَنَّانْ يَا مَنَّانْ،
يَا رَحِيمُ يَا رَحْمَانْ, يَا غَفُورُ يَا غَفَّارْ، اِغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا
وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينْ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.

Berkah beliau semoga kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang husnul khotimah dan kelak dikumpulkan bersama sayyidi ahlil jannah Rasulullah shalallahu alaihi wa Wasallam. Amin...Aamiin.... Aamin.
Notification
Ini adalah popup notifikasi.
Done