Suatu hari Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi
Shohibul Maulid Simthud Dhuror berkata :
“Kelak akan ada seorang muridku yang memiliki
kekeramatan sama denganku namanya adalah Abu Bakar Assegaf."
Akhirnya diketahui ternyata beliau adalah
Sayyidina Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf wali quthub, asal Gresik.
Dikatakan bahwa maqom (kedudukan) Al-Habib Abu
Bakar bin Muhammad Assegaf telah mencapai tingkat Shiddiqiyah Kubro. Maqom
puncak di mana tidak ada lagi maqom di atasnya kecuali kenabian. Hal itu telah
diakui oleh para wali yang hidup sezaman dengan beliau.
Al-Imam Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar
berkata :
“Demi fajar dan malam yang sepuluh dan yang
genap dan yang ganjil. Sungguh Al-Akh Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah
mutiara keluarga Segaf yang terus menggelinding (maqomnya) bahkan membumbung
tinggi menyusul maqom-maqom para aslafnya (leluhurnya)."
Al Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad berkata :
“Sesungguhnya Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad
Assegaf adalah seorang Quthb Al-Ghaust juga sebagai tempat turunnya pandangan
(rahmat) ALLAH SWT."
Al-Arif Billah Al-Habib Ali bin Abdurrahman
Al-Habsyi pernah berkata di rumah Al-Habib Abu Bakar Assegaf di kala beliau
membubuhkan tali ukhuwah antara beliau dengan Al-Habib Abu Bakar Assegaf,
pertemuan yang diwarnai dengan derai air mata.
Habib Ali berkata kepada para hadirin ketika
itu:
"Habib Abu Bakar ini adalah Raja Lebah
(Rajanya para Wali di zamannya). Beliau adalah saudaraku di jalan ALLAH.
Pandanglah beliau, karena memandang beliau adalah Ibadah."
Al-Habib Husain bin Muhammad al-Haddad berkata
:
“Sesungguhnya Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad
Assegaf adalah seorang khalifah. Beliau adalah penguasa saat ini, beliau adalah
Pemimpin Para Wali di masanya, beliau telah berada pada Maqom As-Syuhud yang
mampu menyaksikan (mengetahui) hakekat dari segala sesuatu."
Di antara ucapan Al Quthb Al-Habib Abu Bakar
Assegaf adalah :
"Jika seorang wali meninggal, mereka pasti
mengangkat seseorang untuk menggantikannya, mewarisi hal (keadaan)nya dan
menduduki kedudukannya. Jika pengganti yang terpilih belum memiliki kemampuan
itu untuk menerima hal tersebut, mereka menitipkan hal tersebut kepada salah
seorang wali sebagai wakil sampai sang pengganti mampu untuk membawa sirr
tersebut.
Baca juga : Mbah Hasyim Menggendong Nabi Khidir
Kadang-kadang Allah mengujinya dengan menggerakkan lisan masyarakat yang mengganggu harga dirinya, mencela dan menyakitinya sehingga keadaannya menjadi sempurna dan menjadi mampu membawa sirr tersebut. Saat itulah mereka berikan warisannya.”
Diriwayatkan bahwa beliau mengalami suatu
penyakit yg parah hingga tampak bekas hitam di dada beliau. Hal ini dikarenakan
beliau adalah Penyandang Bala' bagi umat manusia. Beliau berkata, “Apa yang
kalian lihat menimpa diriku sebenarnya bukanlah musibah, itu adalah kenikmatan
di atas kenikmatan, aku merasakan kesenangan dan kelezatan dengannya. Sedangkan
rintihan, keluhan yang kalian dengar dariku hanyalah sesuatu yang manusiawi,
pengakuan atas kelemahanku dan kebutuhanku kepada Allah SWT. Sekarang aku
menikmati dua kesenangan. Nikmat sabar dan syukur”
Beliau juga berkata,
“Saat aku sakit, Al-Musthofa SAW datang menjengukku dan aku dalam keadaan sadar (yaqodhoh).
Aku berpelukan dengan Beliau SAW di tempat ini (sambil menunjuk tempat yang biasa beliau duduki).
“Saat aku sakit, Al-Musthofa SAW datang menjengukku dan aku dalam keadaan sadar (yaqodhoh).
Aku berpelukan dengan Beliau SAW di tempat ini (sambil menunjuk tempat yang biasa beliau duduki).
Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam juga pernah
datang ke tempat ini setelah sholat Ashar dan aku dalam keadaan terjaga.
Aku sedang duduk di atas sajadah, tiba-tiba Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam datang diapit dua orang lain.
Salah seorang di antara mereka berkata :“Kenalkah
kau orang ini?”
Katanya seraya menunjuk orang yang di tengah.
Katanya seraya menunjuk orang yang di tengah.
“Tidak,” Jawabku.
“Beliau adalah kakekmu, Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam,”
Kata orang itu.
Para auliya’ bersepakat bahwa Maqom Ijtima’
(bertemu) dengan Nabi SAW dalam waktu terjaga, adalah sebuah maqam yang
melampaui seluruh maqom yang lain.
Hal ini tidak lain adalah buah dari mutaba'ah dzohir batin beliau terhadap sunnah-sunnah Nabi SAW.
Hal ini tidak lain adalah buah dari mutaba'ah dzohir batin beliau terhadap sunnah-sunnah Nabi SAW.
Beliau
juga pernah berkata, “Aku adalah Ahluddarak, barang
siapa yang memohon pertolongan ALLAH melaluiku, maka dengan izin ALLAH aku akan membantunya, barang siapa yang berada dalam kesulitan lalu memanggil-manggil namaku maka aku akan segera hadir di sisinya dengan izin ALLAH."
siapa yang memohon pertolongan ALLAH melaluiku, maka dengan izin ALLAH aku akan membantunya, barang siapa yang berada dalam kesulitan lalu memanggil-manggil namaku maka aku akan segera hadir di sisinya dengan izin ALLAH."
Dalam acara rutinan rauhah 3 Jumadal Ula, 1355
H. Pada acara rauhah di Kediaman beliau di Gresik, al Habib Abu Bakar bin
Muhammad Assegaf menuntun orang-orang yang hadir di acara tersebut dengan
kalimat jalalah berikut ini:
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَوْجُودْ فِيْ
كُلِّ زَمَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْبُودْ فِيْ
كُلِّ مَكَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَذْكُورْ بِكُلِّ
لِسَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْرُوفْ
بِاْلاِحْسَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِى
شَأْن
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْأَمَانْ اَلْأَمَانْ
مِنْ زَوَالِ الْاِيْمَانْ
وَمِنْ فِتْنَةِ الشَّيْطَانْ، يَا قَدِيْمَ
الْاِحْسَانْ
كَمْ لَكَ عَلَيْنَا مِنْ إِحْسَانْ،
اِحْسَانُكَ الْقَدِيمْ ,يَا حَنَّانْ يَا
مَنَّانْ،
يَا رَحِيمُ يَا رَحْمنْ, يَا غَفُورُ يَا
غَفَّارْ، اِغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا
وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينْ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.
Setelah beliau menuntun hadirin dengan dzikir
di atas beliau bercerita:
”Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang sholeh
dia adalah al-Qodhi Abdullah al-Baghdadiy. Dia berkata : “Aku pernah melihat
Nabi Muhammad shalallahu a'laihi wa sallam di dalam mimpi dan beliau terlihat
pucat sekali lalu aku berkata kepada Nabi Muhammad shalallahu a'laihi wa sallam
: “Kenapa engkau wahai Nabi, wajah engkau pucat sekali ?”
Lalu Nabi Muhammad shalallahu a'laihi wa sallam
menjawab : “Di malam ini telah meninggal 1.500 orang dari ummat-KU, dua dari
mereka meninggal dalam keadaan iman dan sisanya meninggal tanpa membawa iman
(su’ul khotimah).”
Aku berkata lagi kepada Nabi Muhammad
shalallahu a'laihi wa sallam : “lalu apa kiat-kiat dari engkau untuk
orang-orang yang bermaksiat agar mereka meninggal dengan membawa iman?” Nabi
Muhammad shalallahu a'laihi wa sallam berkata: “Ambilah kertas ini dan baca
shalallahu a'laihi wa sallam, siapa orang membacanya dan membawanya lalu dia
memindah dari satu tempat ke tempat yang lain ( menyebarkan dan mengajarkan )
maka termasuk dari golongan-KU dan akan meninggal dalam keadaan membawa iman,
akan tetapi siapa orang yang telah mendengarkannya dan dia tidak membacanya,
tidak menyebarkannya maka dia lepas dari aku dan akupun lepas darinya.”
Seketika itu aku langsung terbangun dari tidurku dan aku lihat kertas tersebut
yang telah ada di genggamanku ternyata di dalamnya berisi tulisan yang penuh
barokah, tulisan tersebut adalah :
بسم الله الرحمن الرحيم
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَوْجُودْ فِيْ
كُلِّ زَمَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْبُودْ فِيْ
كُلِّ مَكَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَذْكُورْ بِكُلِّ
لِسَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْرُوفْ
بِاْلاِحْسَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِى
شَأْن
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْأَمَانْ اَلْأَمَانْ
مِنْ زَوَالِ الْاِيْمَانْ
وَمِنْ فِتْنَةِ الشَّيْطَانْ، يَا قَدِيْمَ
الْاِحْسَانْ
كَمْ لَكَ عَلَيْنَا مِنْ إِحْسَانْ،
اِحْسَانُكَ الْقَدِيمْ ,يَا حَنَّانْ يَا
مَنَّانْ،
يَا رَحِيمُ يَا رَحْمَانْ, يَا غَفُورُ يَا
غَفَّارْ، اِغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا
وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينْ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.
Berkah beliau semoga kita dimasukkan ke dalam
golongan orang-orang yang husnul khotimah dan kelak dikumpulkan bersama sayyidi
ahlil jannah Rasulullah shalallahu alaihi wa Wasallam. Amin...Aamiin.... Aamin.