Galeri Ulama Salaf

Benarkah Mengkorek Telinga Dapat Membatalkan Puasa??


Sering kali kita mendengar bahwasanya kalau kita memasukan sesuatu ke telinga kita pada saat berpuasa maka puasa kita akan batal, tentunya kita menjadi was was akan hal tersebut. Mari kita simak ulasanya


Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Apakah jika kita menggunakan korek api buat membersihkan telinga itu jadi batal puasanya? Terimakasih.

Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Menjadi batal jika kita memasukan sesuatu ke dalam telinga kita. Yang dimaksud dalam telinga adalah bagian dalam telinga yang tidak bisa dijangkau oleh jari kelingking kita saat kita membersihkan telinga.

Jadi memasukkan sesuatu ke bagian yang masih bisa dijangkau oleh jari kelingking kita hal itu tidak membatalkan puasa, baik yang kita masukkan itu adalah jari tangan kita atau yang lainnya.
Baca juga : 7 Manfaat Menunaikan Zakat Fitrah
Akan tetapi kalau kita memasukkan sesuatu melebihi dari bagian yang dijangkau jemari kita (seperti : korek kuping atau air) maka hal itu akan membatalkan puasa. Ini adalah pendapat kebanyakan para ulama.

Ada pendapat yang berbeda yaitu pendapat yang diambil oleh Imam Malik dan Imam Ghazali dari mazhab Syafi’i bahwa: “Memasukan sesuatu ke dalam telinga tidak membatalkan”, akan tetapi lebih baik dan lebih aman jika tetap mengikuti pendapat kebanyakan para ulama, yaitu pendapat yang mengatakan memasukkan sesuatu ke lubang telinga adalah membatalkan puasa.

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Apakah jika kita menggunakan korek api buat membersihkan telinga itu jadi batal puasanya? Terimakasih.

Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Menjadi batal jika kita memasukan sesuatu ke dalam telinga kita. Yang dimaksud dalam telinga adalah bagian dalam telinga yang tidak bisa dijangkau oleh jari kelingking kita saat kita membersihkan telinga.

Jadi memasukkan sesuatu ke bagian yang masih bisa dijangkau oleh jari kelingking kita hal itu tidak membatalkan puasa, baik yang kita masukkan itu adalah jari tangan kita atau yang lainnya. 

Akan tetapi kalau kita memasukkan sesuatu melebihi dari bagian yang dijangkau jemari kita (seperti : korek kuping atau air) maka hal itu akan membatalkan puasa. Ini adalah pendapat kebanyakan para ulama.
Baca juga : Tata Cara Zakat Fitrah
Ada pendapat yang berbeda yaitu pendapat yang diambil oleh Imam Malik dan Imam Ghazali dari mazhab Syafi’i bahwa: “Memasukan sesuatu ke dalam telinga tidak membatalkan”, akan tetapi lebih baik dan lebih aman jika tetap mengikuti pendapat kebanyakan para ulama, yaitu pendapat yang mengatakan memasukkan sesuatu ke lubang telinga adalah membatalkan puasa.

Wallahu a’lam bish-shawab



7 Mafaat Melakukan Zakat

Zakat fitrah merupakan salah satu kewajiban semua umat muslim. Bahkan, zakat termasuk dalam rukun Islam sehingga tidak boleh seseorang yang mengaku Islam meninggalkan kewajiban membayar zakat fitrah ini. Setiap muslim yang sudah memenuhi syarat wajib zakat haruslah membayarkan zakat dengan beberapa ketentuan yang telah ditetapkan.

gambar ilustrasi

Didalam agama Islam, zakat tidak hanya berupa zakat fitrah saja, namun juga ada zakat mal. Perbedaannya terletak pada bentuk zat yang dibayarkan dan waktu permbayarannya. Jika zakat fitrah, maka wajib dibayar oleh orang yang masuk ke dalam golongan wajib membayar zakat fitrah untuk orang yang berhak menerima zakat fitrah di bulan Ramadhan, berupa berat 3.5 liter atau 2.7 kg beras atau makanan pokok lain yang berlaku di wilayah tersebut.

Sementara itu, zakat mal merupakan zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap Muslim terhadap harta mereka yang telah memenuhi nishab dan kurun waktu satu tahun. Harta yang harus dibayarkan untuk zakat mal ini bermacam-macam, bisa harta berupa uang, emas, hasil pertanian, hasil tambang dan lain-lain, dimana untuk setiap jenis harta memiliki perhitungannya sendiri.
Keistimewaan Melakukan Zakat Fitrah

Setiap hal yang diperintahkan atau dilarang oleh Allah pastilah memiliki hikmah tersendiri. Begitu pula dengan kewajiban membayar zakat fitrah, juga memiliki hikmah dan manfaat yang bisa dipetik oleh manusia. 
Berikut ini akan dibahas beberapa manfaat zakat fitrah, yang bisa kita ambil hikmahnya:

Membersihkan harta

Berdasarkan surat at Taubah ayat 103, bahwa zakat akan membersihkan dan menyucikan harta. Harus kita ketahui, bahwa harta yang kita miliki ini bukanlah sepenuhnya milik kita. Oleh karena itu, dengan menunaikan zakat, kita akan membersihkan harta yang kita miliki dari hak-hak orang lain yang ada

Sebagai penghapus dosa

Berdasarkan hadis riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah, Nabi Muhammad saw telah mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan orang yang shaum (berpuasa Ramadhan) dari perbuatan sia-sia dan dari perkataan yang keji untuk memberi makan orang miskin.

Membantu para fakir miskin

Membayar zakat fitrah haruslah pada bulan Ramadhan dan paling telat adalah sebelum sholat idul fitri. Maka, dengan membayar zakat fitrah, kita telah membantu saudara kita yang kurang beruntung memenuhi kebutuhannya sehingga kita bisa bergembira bersama merayakan hari raya idul fitri.

Meningkatkan rasa saling tolong menolong

Ketika seorang wajib zakat memberikan zakat fitrah kepada fakir miskin, tentunya mereka orang yang mampu akan belajar untuk menumbuhkan rasa saling tolong menolong. Mereka tidak lagi hanya memikirkan kebutuhan diri sendiri, melainkan juga berusaha untuk meringankan kesulitan orang lain.

Memberi umur panjang

Zakat fitrah merupakan zakat pribadi. Menunaikan zakat fitrah berarti juga kita menjalin silaturahmi dengan orang lain, terutama orang-orang yang kurang beruntung dan berhak menerima zakat. Maka, dari silaturahmi yang kita jalin ini Allah akan memberi umur panjang untuknya sehingga dia akan bisa menikmati nikmat yang diberikan Allah untuknya. Tidak hanya umur panjang, umur yang berkah akan juga didapatkan oleh orang yang membayar zakat. Dengan memiliki umur yang berkah, maka dia akan menjadi manusia yang lebih bermanfaat di sepanjang umurnya dan bisa menikmati hidupnya dengan hati yang tenang.

Sebagai sebab dimasukkannya ke surga

Dalam hadis Rasulullah saw disebutkan, “Sesungguhnya di surga terdapat kamar yang luarnya dapat dapat terlihat dalamnya dan dalamnya dapat terlihat dari luarnya.” Kemudian ada seorang badui yang berdiri dan bertanya, “Kepada siapa (kamar tersebut) wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Bagi orang yang berkata baik, memberi makan (di antaranya lewat zakat), rajin berpuasa, sholat karena Allah di malam hari di saat manusia sedang lelap tidur.” (HR. Tirmidzi).

Menambah keimanan

Zakat merupakan bagian dari rukun Islam yang harus dilakukan oleh setiap muslim yang mampu. Jika seorang muslim beriman, maka tentu saja dia akan menjalankan perintah Allah secara patuh. Oleh karena itu, membayar zakat akan membuat keislamannya akan lebih sempurna.

Tata Cara Zakat Fitrah

Zakat merupakan suatu hal yang wajib di jalankan oleh setiap muslim yang masih hidup di dunia, baik itu berupa zakat fitrah, zakat mal ataupun zakat profesi, tentunya islam sendiri sudah mengaturnya di dalam alqur'an dan bagaimana tata caranya, berikut adalah taca cara zakat fitrah :

https://galeriulamaslaf.blogspot.com


NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK DIRI SENDIRI

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺍَﻥْ ﺍُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻧَﻔْﺴِﻰْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

Artinya :
Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah pada diri saya sendiri fardhu karena Allah Ta'ala


NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK ISTRI

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﺯَﻭْﺟَﺘِﻲْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

Artinya :
Saya niat mengeluarkan zakat fitrah atas istri saya fardhu karena Allah Ta'ala


NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK ANAK LAKI LAKI

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻭَﻟَﺪِﻱْ ... ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

titik titik (Sebutkan Nama Anaknya) 

Artinya :
Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas anak laki-laki saya (sebut namanya) Fardhu karena Allah Ta’ala
NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK ANAK PEREMPUAN

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﺑِﻨْﺘِﻲْ ... ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

titik titik (Sebutkan Nama Anaknya)

Artinya :
Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas anak perempuan saya (sebut namanya), fardhu karena Allah Ta’ala


NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK DIRI SENDIRI DAN KELUARGA

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻨِّﻰْ ﻭَﻋَﻦْ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﻣَﺎ ﻳَﻠْﺰَﻣُﻨِﻰْ ﻧَﻔَﻘَﺎﺗُﻬُﻢْ ﺷَﺮْﻋًﺎ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

Artinya :

Saya niat mengeluarkan zakat atas diri saya dan atas sekalian yang saya diwajibkan memberi nafkah pada mereka secara syari’at, fardhu karena Allah Ta’aala.


NIAT ZAKAT FITRA UNTUK ORANG YANG DIWAKILKAN

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ..…) ) ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

titik titik  (Sebutkan nama orangnya) 

Artinya :
Niat saya mengeluarkan zakat fitrah atas…. (sebut nama orangnya), Fardhu karena Allah Ta’ala


BACAAN DOA KETIKA MENERIMA ZAKAT

ﺁﺟَﺮَﻙ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﻋْﻄَﻴْﺖَ، ﻭَﺑَﺎﺭَﻙَ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﺑْﻘَﻴْﺖَ ﻭَﺟَﻌَﻠَﻪُ ﻟَﻚَ ﻃَﻬُﻮْﺭًﺍ

Artinya :

Semoga Allah memberikan pahala kepadamu pada barang yang engkau berikan (zakatkan) dan semoga Allah memberkahimu dalam harta-harta yang masih engkau sisakan dan semoga pula menjadikannya sebagai pembersih (dosa) bagimu

WAKTU MENGELUARKAN ZAKAT

Waktu pelaksanaan mengeluarkan zakat fitrah terbagi menjadi 5 kelompok


WAKTU WAJIB.
Yaitu, ketika menemui bulan Ramadhan dan menemui sebagian awalnya bulan Syawwal. Oleh sebab itu orang yang meninggal setelah maghribnya malam 1 Syawwal, wajib dizakati. Sedangkan bayi yang lahir setelah maghribnya malam 1 Syawwal tidak wajib dizakati.

WAKTU JAWAZ
Yaitu, sejak awalnya bulan Ramadhan sampai memasuki waktu wajib.

WAKTU FADHILAH.
Yaitu, setelah terbit fajar dan sebelum sholat hari raya.

WAKTU MAKRUH.
Yaitu, setelah sholat hari raya sampai menjelang tenggelamnya matahari pada tanggal 1 Syawwal kecuali jika ada udzur seperti menanti kerabat atau orang yang lebih membutuhkan, maka hukumnya tidak makruh.

WAKTU HARAM.
Yaitu, setelah tenggelamnya matahari tanggal 1 Syawwal kecuali jika ada udzur seperti hartanya tidak ada ditempat tersebut atau menunggu orang yang berhak menerima zakat, maka hukumnya tidak haram. Sedangkan dari zakat yang dikeluarkan setelah tanggal 1 Syawwal adalah qodho’.
Adapun cara dalam melakukan melakukan zakat fitrah adalah bisa dengan membayar sebesar satu sha' (1 sha'=4 mud, 1 mud=675 gr).

Perhitungan tersebut jika di implementasikan dalam bentuk yang lebih general lagi kira-kira setara dengan 3,5 liter atau 2.7 kg makanan pokok Seperti: (Tepung, kurma, gandum, aqith) atau yang biasa dikonsumsi di daerah bersangkutan (Mazhab syafi'i dan Maliki).

Sebagai contoh jika di Indonesia sebagian besar penduduknya mengkonsumsi beras maka zakat bisa dibayarkan dalam bentuk beras.


DELAPAN GOLONGAN YANG DAPAT MENERIMA  ZAKAT

FAQIR :
Yaitu yang tidak punya harta tidak punya pekerjaan, atau punya pekerjaan atau harta akan tetapi tidak mencukupi dari kebutuhannya sekiranya dia cuma mencukupi KURANG dari setengah kebutuhannya.

CONTOH: Sebulan dia butuh 500ribu akan tetapi penghasilannya kurang dari 250ribu.

MISKIN:
Orang yang punya harta/pekerjaan lebih dari kebutuhan hidupnya akan tetapi masih kurang darI kebutuhannya. sekiranya dia cuma mencukupi LEBIH dari setengah kebutuhannya.   

CONTOH: Sebulan dia butuh 500ribu dan pengasilanya lebih dari setenggahny(500) penghasilan perbulan cuma 400ribu.

AMIL :
Sesoarang yang di tunjuk oleh pemerintah untuk mengambil zakat dan membagikannya, maka mereka boleh menerima zakat walupun mereka termasuk orang kaya, dan ini jika mereka TIDAK DIBAYAR oleh pemerintah, kalau mereka di bayar maka tidak boleh menerima zakat. dan hanya di beri upah yang wajar untuk pekerjaannya.

MUALLAF
QULUBUHUM, ORANG ORANG YANG LEMAH IMANNYA : 
Yaitu mereka yang baru masuk islam/pemimpin yang diharapkan ketika dia di kasih zakat maka pengikutnya akan ikut memeluk islam.

MUKATIB :
Budak yang punya perjanjian secara tertulis dengan tuannya untuk merdeka.

GHORIM (ORANG YANG BERHUTANG) :
Orang yang berhutang bukan untuk maksiat.

ALGHUZZA (FI SABIlILLAH):
Orang yang berperang dan berjihad dan tidak mendapatkan bayaran maka mereka boleh di beri zakat walupun mereka kaya.

IBNU SABIL:
Musafir yang kehabisan bekal nafakah untuk sampai ke tempat tujuannya maka boleh di berikan zakat. walaupun mereka termasuk orang yang kaya di kampungnya.

Semoga bermanfaat!!

Keistimewaan Malam Nuzulul Qur'an

Jangan sampai malam nuzulul quran ini hanya numpang lewat tanpa kamu melakukan amalan apapun.

Amalan yang Dilakukan di Malam Nuzulul Quran
https://galeriulamasalaf.blogspot.com

Tentunya kamu harus mengisi amalan yang dilakukan di malam nuzulul Qur'an dengan hal hal baik. Amalan yang dilakukan di malam nuzulul Qur'an yang pertama adalah istiqomah membaca Al Qur'an. Setidaknya kamu khatam membaca Al Qur'an satu kali selama bulan Ramadan ini.

Selanjutnya, amalan yang dilakukan di malam nuzulul Qur'an adalah melakukan I’tikaf atau berdiam diri di masjid pada malam hari. Melakukan I’tikaf sebagai amalan yang dilakukan di malam nuzulul Qur'an bukan berarti hanya diam dan tidur tiduran saja di masjid, namun mengisi malam tersebut dengan kegiatan berzikir kepada ALLAH SUBHANALLAHUWATA'ALA ataupun membaca Al Qur'an.

Selanjutnya, kamu bisa juga mengisi malam nuzulul Qur'an dengan memperbanyak salat malam dan berdo'a. Amalan yang dilakukan di malam nuzulul quran ini bisa membuat kamu lebih menghayati betapa sakral dan pentingnya peristiwa turunnya Al Qur'an yang menjadi pedoman seumur hidup bagi umat islam ini.
Baca juga :Tanda Tanda dan Keajaiban Lailatul Qadar
Al Qur'an dan Malam lailatul Qadar

Al Quran dan malam lailatul Qadar sangat erat kaitannya. Al Qur'an diturunkan pada malam yang penuh berkah, yaitu pada malam lailatul qadar. Hal ini sebagaimana firman ALLAH SUBHANALLAHUWATA'ALA..yang artinya:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan”. (QS. Al-Qadr:1)

Dari surat Al Qadr ayat pertama tersebut telah jelaslah bahwa Al Qur'an diturunkan pada malam lailatul qadar yang penuh berkah. Oleh karena itu, sudah barang tentu kamu harus melaksanakan berbagai amalan yang dilakukan di malam nuzulul Qur'an untuk mendapatkan berkah. Selain itu malam lailatul qadar yang merupakan malam turunnya Al Qur'an ini juga memiliki berbagai keutamaan lainnya, seperti:

Keutamaan yang pertama adalah

malam lailatul qadar merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan.

ALLAH SUBHANALLAHUWATA'ALA  berfirman:

 “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”. (QS. Al-Qadr : 3)

Maksud dari Surat Al Qadr ayat 3 ini adalah amal, puasa dan salat malam yang dilakukan seseorang di malam lailatul qadar ini lebih baik dari amalan yang dilakukan selama 1000 bulan.

malam tersebut merupakan malam pengampuanan dosa bagi orang orang yang menghidupkan malam lailatul qadar ini.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

 “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari ALLAH, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”. (HR. Bukhari)

malam lailatul qadar merupakan malam yang penuh berkah. Hal ini dikarenakan turunyaa Al Quran seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

malam lailatul qadar sebagai malam turunnya para malaikat dan Malaikat Jibril. Hal ini menandakan bahwa mala mini merupakan malam dengan banyak berkah, karena malaikat turun bersamaan dengan turunnya berkah.
Baca juga :Memprediksi Kapan Jatuhnya Lailatul Qadar Menurut Para Ulama
Seperti firman ALLAH SUBHANALLAHUWATA'ALA  pada surat Al Qadr ayat 4.

 “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”. (QS. Al-Qadr : 4)

Al Qur'an sebagai kitab yang mulia, dan menjadi pedoman seluruh umat islam dalam menjalani kehidupan menjadikan semua yang bersinggungan dengannya menjadi mulia juga.

NABI MUHAMMAD SALLAHU'ALAIHI WASSALAM menjadi Nabi yang paling mulia dai antara Nabi lainnya adalah karena kepada beliaulah Al Quran diwahyukan oleh ALLAH SUBHANALLAHUWATA'ALA melalui Malaikat Jibril.

Bulan Ramadan menjadi bulan yang mulia, diantaranya adalah karena pada bulan Ramadan lah Al Qur'an diturunkan. Begitu pula dengan malam lailatul qadar menjadi malam yang paling mulia dan menjadi malam yang lebih dari seribu bulan adalah karena pada malam itulah Al Qur'an diturunkan sebagaimana firman ALLAH SUBHANALLAHUWATA'ALA pada surat Al-Qadr ayat 1.

Dengan adanya momen nuzulul Qur'an dan malam lailatul qadar ini, hendaknya kamu meningkatkan ketakwaan dan memperbanyak amalan agar mendapatkan berkah. Selain itu, malam nuzulul quran juga bisa dijadikan momen untuk meneladi semua yang tercantum di dalam Al Qur'an, mempelajari dan memahaminya, serta mengamalkannya sebagai pedoman kamu dalam menjalankan kehidupan di dunia ini. Dengan amalan yang dilakukan di malam nuzulul quran, kamu bisa mendapatkan berkah dan rahmat dari ALLAH SUBHANALLAHUWATA'ALA

ALLAH SUBHANALLAHUWATA'ALA  berfirman:

 “Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, Maka ikutilah Dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat”. (QS. Al-An’am : 155)

Semoga bermanfaat!

Memprediksi Kapan Jatuhnya Lailatul Qadar Menurut Para Ulama

https://galeriulamasalaf.blogspot.com

Apakah malam lailatul qodar selalu jatuh pada tanggal 21?..

Tentunya tidak, malah lailatul qadar bisa saja jatuh pada malam 27, atau malam tanggal ganjil lainya, yg biasanya jatuh pada tanggal 15 ramadan keatas.

Untuk mengetahuinya mari kita simak bersama sama kapan jatuhnya malam lailatul qadar menurut ulama pengarang kitab kitab salaf.

Baca juga :Tanda Tanda dan Keajaiban Lailatul Qadar

PREDIKSI LAILATUL QADAR BERDASARKAN PENGALAMAN PRIBADI PARA ULAMA TASHAWWUF

PERTAMA :
Dalam kitab I’anatuththaalibiin juz II halaman 257, cetakan al ‘Alawiyyah Semarang :

قال الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر،

فإن كان أوله يوم الأحد أو يوم الأربعاء: فهي ليلة تسع وعشرين

أو يوم الاثنين: فهي ليلة إحدى وعشرين.

أو يوم الثلاثاء أو الجمعة: فهي ليلة سبع وعشرين.

أو الخميس: فهي ليلة خمس وعشرين.

أو يوم السبت: فهي ليلة ثلاث وعشرين

Jika awal Ramadhan hari Ahad atau Rabu maka lailatul qodar malam 29

Jika awal Ramadhan hari Senin maka lailatul qodar malam 21

Jika awal Ramadhan hari Selasa atau Jumat maka lailatul qodar malam 27

Jika awal Ramadhan hari Kamis maka lailatul qodar malam 25

Jika awal Ramadhan hari Sabtu maka lailatul qodar malam 23

KEDUA :
Dalam kitab Hasyiyah ash Shaawi ‘alal Jalaalain juz IV halaman 337, cetakan Daar Ihya al Kutub al ‘Arabiyyah :

فعن أبي الحسن الشاذلي إن كان أوله الأحد فليلة تسع وعشرين ،

أوالإثنين فإحدي وعشرين
 أو الثلاثاءفسبع وعشرين

أو الأربعاء فتسعة عشر

أو الخميس فخمس وعشرين

أو الجمعة فسبعة عشر أوالسبت فثلاث وعشرين

Jika awal Ramadhan hari Ahad maka lailatul qodar malam 29

Jika awal Ramadhan hari Senin maka lailatul qodar malam 21

Jika awal Ramadhan hari Selasa maka lailatul qodar malam 27

Jika awal Ramadhan hari Rabu maka lailatul qodar malam 19

Jika awal Ramadhan hari Kamis maka lailatul qodar malam 25

Jika awal Raamadhan hari Jumat maka lailatul qadar malam 17

Jika awal Raamadhan hari Sabtu maka lailatul qadar malam 23

KETIGA :
Dalam kitab Hasyiyah al Bajuri ‘ala Ibni Qaasim al Ghaazi juz I halaman 304 , cetakan Syirkah al Ma’arif Bandung :

وذكروا لذلك ضابطا وقد نظمه بعضهم بقوله:

وإنا جميعا إن نصم
 يوم جمعة ¤ ففي تاسع العشرين خذ ليلة القدر

وإن كان يوم السبت أول صومنا ¤ فحادي وعشرين اعتمده بلا عذر

 وإن هل يوم الصوم في أحد ففي ¤ سابع العشرين ما رمت فاستقر

 وإن هل بالأثنين فاعلم بأنه ¤ يوافيك نيل الوصل في تاسع العشري

ويوم الثلاثا إن بدا الشهر فاعتمد ¤ علي خامس العشرين تحظي بها فادر

وفي الإربعا إن هل يا من يرومها ¤ فدونك فاطلب وصلها سابع العشري
ويوم الخميس إن بدا الشهر فاجتهد¤ توافيك بعد العشرفي ليلة الوتر

.Jika awal Ramadhan hari Jumat maka lailatul qodar malam 29

Jika awal Ramadhan hari Sabtu maka lailatul qodar malam 21

Jika awal Ramadhan hari Ahad maka lailatul qodar malam 27

Jika awal Ramadhan hari Senin maka lailatul qodar malam 29

Jika awal Ramadhan hari Selasa maka lailatul qodar malam 25

Jika awal Raamadhan hari Rabu maka lailatul qadar malam 27

Jika awal Raamadhan hari Kamis maka malam ganjil setelah malam 20
#Majlis Ta'lim & Sholawat Ashabussuffah

Wallaahu A’lamu Bishshowaab...

Semoga Bermanfa’at...

 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ

Allahumma Sholli 'Alaa Sayyidinaa Muhammad Wa'alaa Alihi Wasohbihi Wasallim.

Tanda Tanda dan Keajaiban Lailatul Qadar


Maksimalkan malam untuk beribadah (khususnya shalat). Malam tidur seperti biasa lalu bangun walau 1 atau 2 jam. Lakukan setiap malam khususnya di malam-malam ganjil di sepuluh terakhir bulan ramadhan. Maka insya Allah kita akan mendapatkan Lailatul Qadar.

https://galeriulamasalaf.blogspot.com

Nabi ﷺ telah memberikan teladan,

كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره وأحيا ليله وأيقظ أهله

“Nabi ﷺ jika memasuki sepuluh (terakhir Ramadhan) beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” [HR. Bukhari & Muslim]

AMALAN UNTUK MENDAPATKAN LAILATUL QADAR
(Yã Hayyu Yã Qayyûm)

Ijazah yang Luar biasa dari Al-A'llamah Al-Habib Muhammad bin Abdullah Bilfaqih RA yang mana Salah Satu Fadhilah Ijazah Wirid ini yaitu supaya bisa mendapatkan kemuliaan malam 1000 bulan yaitu Malam Lailatul Qodar.

قال النبي صلى الله عليه وسلم من قرأ : "يا حي يا قيوم" مائة مرة فى شهر رمضان ادرك ليلة القدر .
- الحديث او كما قال -

"Barang siapa yg Membaca Setiap Hari YÃ HAYYU YÃ QOYYÛM 100 Kali pada Bulan Ramadhan niscaya dia Akan Mendapatkan Lailatul Qadar..."

CARILAH KEMULIAAN MALAM LAILATUL QADAR

Malam Lailatul Qadar terjadi pada 10 malam terakhir ramadhan.
Nabi ﷺ menjelaskan,

تحروا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان

“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” [HR. Bukhari & Muslim]

Tepatnya pada malam-malam yang ganjil di antara malam-malam yang sepuluh tersebut, sebagaimana sabda Nabi ﷺ,

تحروا ليلة القدر في الوتر من العشر الأواخر من رمضان

“Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” [HR. Bukhari]

SEJARAH MENCATAT TERJADINYA LAILATUL QADAR

Pernah di suatu tahun pada zaman Nabi ﷺ Lailatul Qadar jatuh pada malam 21, sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Sa’id al-Khudri bahwa di pagi hari tanggal 21 Ramadhan tahun itu Rasulullah ﷺ bersabda,

إني أريت ليلة القدر

“Sesungguhnya aku diperlihatkan Lailatul Qadar (malam tadi).” [HR.Bukhari & Muslim]

Pernah pula di suatu tahun Lailatul Qadar jatuh pada malam 27. Ubay bin Ka’ab berkata,

والله إني لأعلمها وأكثر علمي هي الليلة التي أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بقيامها هي ليلة سبع وعشرين

“Demi Allah aku mengetahuinya (Lailatul Qadar), perkiraan saya yang paling kuat dia jatuh pada malam yang Rasulullah ﷺ memerintahkan kami untuk bangun malam di dalamnya, yaitu malam dua puluh tujuh.” [HR. Muslim]

Pada tahun yang lain, Rasulullah ﷺ  memerintahkan para sahabatnya untuk mencari Lailatul Qadar pada tujuh malam terakhir dari bulan Ramadhan,

فمن كان متحريها فليتحرها في السبع الأواخر

“Barang siapa yang ingin mencarinya (Lailatul Qadar) hendaklah ia mencarinya pada tujuh malam terakhir (dari bulan Ramadhan).” [HR. Bukhari & Muslim]

Cara memadukan antara hadits-hadits tersebut di atas adalah dengan mengatakan bahwa Lailatul Qadar setiap tahunnya selalu berpindah-pindah dari satu malam yang ganjil ke malam ganjil lainnya, akan tetapi tidak keluar dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan (Lihat kitab Fathul Bãri karya Ibnu Hajar, dan Asy-Syarhu Al-Mumti’ 6/493-495)

TANDA-TANDA LAILATUL QADAR

1. Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda,

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath-Thayalisi. Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqah atau terpercaya)

2. Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.

3. Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.

4. Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah bersabda yang artinya,
”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim)

BEGINILAH TANDA-TANDA ORANG YANG MENDAPATKAN LAILATUL QADAR

As-Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Al-Ghunyah juz 2 hal. 23, beliau berkata,

"Dikatakan bahwasannya Malaikat Jibril AS jika turun dari langit pada malam Lailatul Qadar... Tidak akan membiarkan seorang manusia-pun kecuali Malaikat Jibril akan mengucapkan salam dan menjabat tangannya. Dan tanda seseorang yang telah mendapat salam dan berjabat tangan dengan Malaikat Jibril adalah,

1. Bergetar kulitnya,
2. Hatinya lembut tipis (mudah menangis), dan
3. Air matanya senantiasa bercucuran.

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻘﺎﺩﺭ ﺍﻟﺠﻴﻼﻧﻲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻐﻨﻴﺔ ، ﺝ ٢ ، ﺻﺤﻔﺔ ٢٣ :
ﻭﻗﻴﻞ : ﺇﻥ ﺟﺒﺮﻳﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﺇﺫﺍ ﻧﺰﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﻻ ﻳﺪﻉ ﺃﺣﺪﺍً ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻻ ﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺻﺎﻓﺤﻪ ﻭﻋﻼﻣﺔ ﺫﻟﻚ ﺍﻗﺸﻌﺮﺍﺭ ﺟﻠﺪﻩ ﻭﺗﺮﻗﻴﻖ ﻗﻠﺒﻪ ﻭﺗﺪﻣﻴﻊ ﻋﻴﻨﻴﻪ.

Baca juga :Memprediksi Kapan Jatuhnya Lailatul Qadar Menurut Para Ulama

KENAPA ALLAH ﷻ MERAHASIAKAN LAILATUL QADAR?

Hikmah dirahasiakannya Malam Lailatul Qadar adalah agar amal ibadah kita lebih banyak. Sebab dengan dirahasiakannya kapan waktu Lailatul Qadar, kita akan terus memperbanyak shalat, dzikir, doa dan membaca Al-Qur’an di sepanjang malam-malam di bulan Ramadhan, terlebih di sepuluh terakhir bulan Ramadhan terutama malam yang ganjil.

Sebagai ujian dari Allah ﷻ, untuk mengetahui siapa diantara para hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam mencari Lailatul Qadar dan siapa yang bermalas-malasan serta meremehkannya. (Majãlisu Syahri Ramadhãn hal. 163)

Maka seharusnya kita berusaha maksimal pada sepuluh hari itu; menyibukkan diri dengan beramal dan beribadah di seluruh malam-malam itu agar kita bisa menggapai pahala yang agung itu.

Mungkin saja ada orang yang tidak berusaha mencari Lailatul Qadar melainkan pada satu malam tertentu saja dalam setiap Ramadhan dengan asumsi bahwa Lailatul Qadar jatuh pada tanggal ini atau itu, walaupun dia berpuasa Ramadhan selama 40 tahun, barangkali dia tidak akan pernah sama sekali mendapatkan moment emas itu. Selanjutnya penyesalan saja yang ada…

Semoga kita mampu menghidupkan malam-malam ramadhan, sehingga kita mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar.
AAMIIN...

#PERBANYAKDOA

اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني

Pertemuan Kiai Djazuli dengan Kiai Hamid yang Tak Terduga


Saat masih muda, KH. Fu'ad Mun'im Djazuli pernah bepergian mengawal ayahandanya, KH. Ahmad Djazuli Utsman, untuk menghadiri sebuah acara di daerah Malang. Mereka pergi dengan mengendarai andong, kendaraan yang tersedia kala itu.

Setelah acara di Malang usai, KH. Ahmad Djazuli bermaksud melanjutkan perjalanan ke Pasuruan untuk bertamu kepada KH. Abdul Hamid; Pasuruan. Hal ini membuat KH. Fu'ad Mun'im merasa khawatir, karena uang bekal perjalanan sudah habis.

Saat hendak berangkat, KH. Fu'ad Mun'im mengutarakan kehawatirannya pada sang ayahanda: "Ngapunten, Abah! Sangune sampun telas."  (Mohon maaf, Abah. Uang sakunya sudah habis). KH. Ahmad Djazuli hanya menjawab singkat :

#Laa shohiba ilmin mamquutun ."(Tiada seorangpun yang berilmu, menjadi terhina)

Apa yang menjadi jawaban Sang Ayahanda, rupanya belum dapat menghapus kekhawatiran KH. Fu'ad Mun'im. Di tengah perjalanan KH. Fu'ad Mun'im mengulangi perkataannya, "Abah, artone sampun telas." (Abah, uangnya sudah habis). Dan jawaban KH. Ahmad Djazuli pun tetap sama, " Laa shoohiba ilmin mamquutun ."
Baca juga :Sosok Akhlak Simbah Kiai Arwani Amin (Kudus)
Mereka akhirnya sampai di kediaman KH. Abdul Hamid; Pasuruan. Sebelum mendekat di kediaman, sekali lagi KH. Fu'ad Mun'im menyinggung perihal uang saku yang benar-benar sudah habis. Namun jawaban KH. Ahmad Djazuli tak berubah sedikit pun, " Laa shoohiba ilmin mamquutun. "

Tak lama menunggu, mereka dihampiri seorang khodim (pembantu) KH. Abdul Hamid. Setelah mempersilakan masuk, si khodim bertanya, "Ngapunten, njenengan paring asmo sinten?" (Maaf, Anda bernama siapa?)
KH. Ahmad Djazuli menjawab, "Kulo Ahmad Djazuli" (Saya Ahmad Djazuli). Si khodim melanjutkan pertanyaan,: "Saking pundi?" (Dari mana?) KH. Ahmad Djazuli kembali menjawab, "Saking Ploso – Kediri” (Dari Ploso – Kediri).

Si khodim mempersilakan mereka supaya menunggu, sebelum kemudian menghaturkan kabar kehadiran KH. Ahmad Djazuli kepada KH. Abdul Hamid. "Ngapunten, wonten tamu saking Ploso - Kediri. Paring asmo Ahmad Djazuli." (Maaf, ada tamu dari Ploso - Kediri. Bernama Ahmad Djazuli), kata si khodim menghaturkan kabar.

Seketika itu KH. Abdul Hamid yang belum pernah bersua KH. Ahmad Djazuli, langsung berteriak, "Djazuli,
man jazula ilmuhu " (Djazuli, seorang yang agung keilmuannya).

KH. Abdul Hamid sungguh merasa bahagia mendapat tamu yang istimewa, yakni seorang yang sangat ‘alim yang tidak lain adalah KH. Ahmad Djazuli.

Suguhan untuk tamu istimewa ini pun tentu berupa hidangan- hidangan yang sangat istimewa. Mendapati jamuan yang begitu istimewa, giliran KH. Fu'ad Mun'im sambil tersenyum dan dengan mantap berkata, " Laa shoohiba ilmin mamquutun"

KH. Abdul Hamid tak menyia-nyiakan kesempatan bersua tamu istimewa ini, Beliau kemudian meminta KH. Ahmad Djazuli agar sudi membaca kitab walau sejenak, dengan harapan supaya para santri KH. Abdul Hamid dapat tabarrukan (memperoleh berkah) dari KH. Ahmad Djazuli.

Tak tanggung-tanggung,  KH. Abdul Hamid menyodorkan kitab Tafsir Al Kabir kepada KH. Ahmad Djazuli. Melihat sang ayahanda disodori kitab tersebut, KH. Fuad Mun’im berkata keheranan, "Abah, kitab ipun ageng njih.” (Ayah, kitabnya besar ya).

KH. Ahmad Djazuli. Pun menjawab, “Abahmu iki, Le..! Isuk sarapane kitab, awan ya kitab, sore ya kitab, bengi ya kitab." (“Abahmu ini, nak..! Pagi sarapannya kitab, awan ya kitab, sore ya kitab, malam ya kitab).

Setelah mengisi pengajian kitab tafsir. Di saat perjalanan pulang, KH. Ahmad Djazuli mendapatkan banyak sekali tumpukan amplop berisi uang (dari jama'ah yang ikut pengajian beliau). Menyaksikan hal itu, KH. Fuad Mun’im semakin mantap dengan apa yang dikatakan sang ayahandanya: "

LAA SHOOHIBA ILMIN MAMQUUTUN."

Sosok Akhlak Simbah Kiai Arwani Amin (Kudus)


https://galeriulamasalaf.blogspot.com

Suatu hari, KH. Ma’ruf Irsyad bersama Ibu Nyai Hj. Munijah sowan ke rumah KH. Arwani Amin (Mbah Arwani). Di rumah Mbah Arwani, Kiai Ma’ruf dan Nyai Hj. Munijah dipersilakan duduk di tempat yang telah disiapkan sebelumnya. Kiai Ma’ruf kaget, karena Mbah Arwani justru duduk lebih rendah dari tempat yang disediakan itu.

Melihat pemandangan tidak wajar itu, Kiai Ma’ruf bertanya, “Mbah Yai, njenengan (Anda) kok duduk di bawah.” .

Mbah Arwani menjawab tegas, “Yang datang ke rumah saya ini, istrinya teman guru saya.”
Baca juga :Pertemuan Kiai Djazuli dengan Kiai Hamid yang Tak Terduga
Tentu Kiai Ma’ruf tak bisa berbuat apa-apa lagi mendapatkan perlakukan istimewa dari sang guru, KH. Arwani Amin, yang selain alim-allamah, juga pernah disebut oleh Mbah Hamid Pasuruan sebagai sosok waliyullah Kudus yang sangat dikenal akhlak mulianya.

Tidak hanya di ruang tamu, ketika pulang pun, Kiai Ma’ruf tambah dibuat heran dan kagum. Jalan menuju pulang penuh dengan kerikil batu yang mengganggu. Tanpa diduga, Mbah Arwani menyingkirkan kerikil tersebut dengan tangannya sendiri, tidak memerintah kang santri agar perjalanan pulang istri teman gurunya lancar.

“Mbah Yai, ampun, sudah-sudah, tidak usah Mbah Yai,” kata Kiai Ma’ruf.

“Sudah, diam saja,” sahut Mbah Arwani dengan tetap menyingkirkan kerikil yang sebetulnya tidak perlu.

Cerita di atas dituturkan sendiri oleh KH. Ma’ruf Irsyad di sela-sela mulang ngaji santri di Pondok Pesantren Raudlatul Muta’allimin (PPRM), Jagalan Kudus.

Apa yang dilakukan oleh Mbah Arwani tersebut bukan sesuatu yang berlebihan dan sia-sia. Itu adalah teladan berharga atas akhlak mulia dan hormatnya seorang alim kepada istri teman gurunya. Bayangkan, bukan gurunya, tapi istri teman dari gurunya.

Nyai Hj. Munijah, ibu Kiai Ma’ruf Irsyad, adalah istri KH. Irsyad yang berteman akrab dengan guru KH. Arwani Amin yang bernama Mbah Manshur, Popongan, Klaten. Kepada Mbah Manshur yang asli Mranggen inilah Kiai Arwani belajar thariqah

Perjalanan GUS DUR


https://galeriulamasalaf.blogapot.com

GUS DUR DI TAMBAKBERAS (1959-1963)

Pada tahun 1959 Gus Dur pindah ke Jombang dari Magelang, yaitu di Tambakberas. Greg Barton menyebut: “Ia belajar di sini hingga tahun 1963, dan selama kurun itu ia selalu berhubungan dengan Kyai Bishri Syansuri secara teratur. Selama tahun pertamanya, ia mendapat dorongan untuk mulai mengajar.

Ia kemudian mengajar di Madrasah Moderen yang didirikan dalam kompleks dan juga menjadi kepala sekolahnya. Selama masa ini, ia tetap berkunjung ke Krapyak secara teratur. Di sini ia tinggal di rumah KH. Ali Maksum (Greg Barton, 2003: 50). Di Tambakberas, Gus Dur menempati Bilik Pangeran Diponegoro, dibawah asuhan KH. Abdul Fattah Hasyim. Kyai Fattah ini memiliki salah satu wirid rutin setelah sholat shubuh dengan ngaji Shohîh al-Bukhôrî dan Ihyâ’ `Ulûmuddîn (Tambakberas, 2017: 215).

Kyai Fattah adalah anak dari KH. Hasyim Idris, suami dari Nyai Hj. Fathimah (salah satu adik dari KH. Abdul Wahab Hasbulloh, anak dari KH. Hasbulloh Said). KH. Abdul Fattah Hasyim menikah dengan Ny. Musyarofah (putri dari KH. Bishri Syansuri), saudari dari Ibu Gus Dur, Nyai Hj. Sholihah Wachid. Karenanya, KH. Abdul Fattah Hasyim, masih terhitung paman Gus Dur. 

Sementara, KH. Bishri Syansuri (kakek Gus Dur dari pihak ibu), menikah dengan Nyai Khodijah, kakak dari Nyai Hj. Fathimah (istri dari KH. Abdul Fatah Hasyim), dan karenanya KH. Bishri Syansuri juga menjadi adik ipar dari KH. Abdul Wahab Hasbulloh. 

Di Bahrul Ulum ini, setelah beberapa saat menjadi santri, Gus Dur kemudian diangkat sebagai kepala madrasah dan ikut mengajar, di samping dia sendiri juga ngaji/ngalap barokah kepada kyai-kyai sepuh, seperti kepada kakeknya sendiri, KH. Bishri Syansuri. 

Salah satu pelajaran yang diajarkan Gus Dur adalah bahasa Inggris, keahlian yang sejak lama digelutinya, di samping keahliannya soal tata bahasa Arab, dengan menghafal bait-bait Alfiyah. Madrasah inilah yang disebut Madrasah Mualimin/Muallimat, dan oleh Greg Barton disebut dengan Pendidikan Moderen.

Tentang madrasah ini, pada awalnya, KH. Abdul Wahab Hasbulloh mendirikan Madrasah Mubdil Fan tahun 1915, yang pada tahun 1943 diganti namanya menjadi Madrasah Ibtidaiyah. Untuk memperbaiki pendidikan yang sudah ada, KH. Abdul Fatah Hasyim kemudian mendirikan Madrasah Muallimin Tambakberas pada tahun 1953. 

Masa pendidikan Muallimin saat itu adalah 4 tahun, dan setelah berjalan 2 tahun, Kyai Fattah mendirikan Muallimat (untuk putri). Pada tahun 1964, sesuai kurikulum PGA, Muallimin dan Muallimat disesuaikan menjadi 6 tahun. Gus Dur menurut buku Tambakberas (hlm. 52-53), memimpin madrasah ini sampai tahun 1966 (angka ini perlu dikoreksi, karena menurut Greg, Gus Dur kemudian pergi ke Kairo tahun 1963), dan setelah itu pimpinan madeasah dipegang kembali oleh Kyai Fattah.

Pada tahun 1969, Muallimin-Muallimat, dinegrikan dan berganti nama menjadi MTsAIN (Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri) dan MAIN (Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri) yang sekarang menjadi MAN Tambakberas. Pada tahun 1972 Kyai Fattah menghidupkan lagi Muallimin-Muallimat yang lebih fokus pada tafaqquh fiddin, dan Gus Dur sudah tidak di Tambakberas lagi.Ketika di Tambakberas ini, Gus Dur kata Greg menghafalkan “buku klasik standar mengenai tatabahasa Arab,” yang kemungkinan adalah Alfiyah. Tetapi dalam Ensiklopedi Abdurrahman Wahid (I: 182), disebut Gus Dur sudah menghafal Alfiyah ketika di Tegalrejo. Maka, di Tambakberas Gus Dur mendaras kembali. 

Bersamaan dengan menghafal itu, Gus Dur rajin ziarah ke makam-makam di Jombang dengan berjalan kaki. Gus Dur disebut Greg begini: “Ia berhasil dan berangkat melakukan ziarah pribadinya sambil menuju arah selatan, jaraknya lebih dari 100 KM, dan memerluklan beberapa hari.” Hanya saja ketika dia pulang dikenali oleh bebrapa orang dari Jombang, dan dengan gembira ia menerima tawaran untuk menumpang kembali ke Jombang.
Baca juga :KH HASYIM ASY'ARI dan NABI KHIDIR
Di antara guru yang ditimba ilmunya oleh Gus Dur, seperti disebut dalam tulisan Misteri Kata-Kata yang ditulis Gus Dur dan dikutip Ensklopedi Abdurahman Wahid (I: 182), adalah Kyai Fattah sendiri, Kyai Masduqi, Mbah Bishri Denanyar, Kyai Muhammad Baihaqi Sambong, dan Kyai Idris Kamali Tebuireng. Tentu saja Gus Dur juga belajar sepak terjang Mbah Wahab di Tambakberas. Selain itu, Gus Dur juga membaca karya-karya pentolan Ikhwanul Muslimin, yang diperkenalkan oleh pamannya, adik laki-laki ibunya, yaitu KH. Aziz Bishri. Sang paman “mendorong Gus Dur untuk mendirikan cabang IM (Ikhwanul Muslimin).

 Ia mempertimbangkan usulan itu, tetapi usahanya untuk terjun langsung ke dalam pemikiran fundamentalis segera terputus oleh kepindahannya di Kairo pada bulan November 1963.” (2003: 55). 

Ketika di Jombang ini, umur Gus Dur baru dua puluhan tahun. Dan, ketika ia mengajar di Tambakberas, Gus Dur mulai tertarik dengan seorang siswi bernama Nuriyah, dan kelak menjadi istrinya yang sangat setia mendampingi dalam senang dan duka; dan melakukan korespondensi setelah di luar negeri. 

Selain itu, ada beberapa cerita yang didokumentasikan oleh buku “Tambakberas, Menelisik Sejarah Memetik Uswah” (2017), yang ditulis oleh Tim Sejarah Tambakberas. Beberapa cerita Gus Dur ini adalah soal Kyai Chudlori dan Gus Sholeh Hamid. Sementara dari cerita lain, ada cerita perdebatan KH. Abdul Wahab Hasbullah dan KH. Bishri Sayansuri yang disaksikan Gus Dur. 

Kyai Chudlori

Penceritaan tentang Gus Dur hubungannya dengan Kyai Chudlori, pada umumnya, mengacu pada sosok dan guru besar santri dari Magelang, yang merupakan pengasuh Pesantren di Tegal Rejo, dan murid dari Hadhratusy Syaikh Hasyim Asy`ari, leluhur/ayah Gus Yusuf Chudori. 

Kyai Chudhori Magelang, mengajarkan pendekatan budaya dalam praktik atau aktivisme seorang kyai, dan menunjukkan rekonsiliasi seni-buadaya berdampingan dengan tradisi pesantren. Kyai Chudlori ini adalah guru Gus Dur ketika ia masih belajar di Magelang, dan Gus Dur menyaksikan pendekatan rekonsiliatif antara Islam dan budaya yang dilakukan Kyai Chudlori.

Akan tetapi, ada dua Kyai Chudlori yang berhubungan dengan Gus Dur; dan yang terakhir adalah Kyai Chudlori Tambakberas. Namanya adalah Kyai Chudlori Irfan. Beliau adalah salah satu pendidik di Bahrum Ulum, Tambakberas. Dalam tulisan “KH. Chudlori, Kiai Legendaris” (hlm. 440-441) di buku Tambakberas itu disebutkan bahwa Kyai Chudlori Irfan mengabdikan ilmunya di Bahrul Ulum sejak tahun 1940-an, dan mengajar di MI Mubdil Fan, kemudian Madrasah Muallimin, bersama Kyai Jalil dan Kiai Khusni. Beliau mengajar manthiq, balaghoh, fiqh, ushul fiqh, faroid, dan pelajaran yang lain.

Bagi Kyai Chudlori, mengajar adalah bagian untuk menyempurnakan hidupnya di hadapan Gusti Alloh, dengan ngalap barokah ikut menyebarkan ilmu dan mendidik murid. Dia mendidik dan mengajar, dilakoninya dengan sepeda onthel selama puluhan tahun dari Ngrawan ke Tambakberas, berjarak kurang lebih 5 KM. 

beliau adalah lurah pondok (dalam tulisan yang lain beliau disebut ketua keamanan pondok bersama Kyai Sholeh Hamid) yang dipercaya Mbah Hamid Hasbulloh, adik KH. Abdul Wahab Hasbulloh. Sementara KH. Fattah Hasyim mengurus soal pendidikan madrasah. Kyai Chudlori, disebut buku Tambakberas termasuk kyai yang diberi ijazah memindahkan hujan oleh Mbah Hamid Hasbulloh. Sampai-sampai karena dekatnya dengan sang guru, Kyai Chudlori pun dimakamkan di dekat makam Mbah Hamid Hasbulloh.

Ketika Gus Dur di Tambakberas, Kyai Chudlori ini adalah satu gurunya yang ikut mengasuh pondok Bahrul Ulum, dan adas cerita humor berhubungan dengan kyai ini. Cerita tentang Kyai Chudolri dan polisi dalam “Kyai Chudlori, Kyai Legendaris” ( hlm. 440), adalah berkaitan dengan Kyai Chudlori Tambakberas, bukan dengan Kyai Chudlori Magelang. Kisahnya berkaitan dengan Gus Dur, suatu ketika ada santri yang bandel dan melanggar peraturan pondok, dan beberapa kali disidang tetapi tidak mengakui perbuatannya. Karena berbelit-belit

Dalam tulisan lain “Trauma dengan Polisi” (hlm 438-439), diceritakan “Gus Dur yang cerdik dan agak usil, suatu saat memanfaat rasa trauma Kyai Chudlori kepada polisi tersebut. Suatu ketika pada saat senggangnya, para santri Bahrul Ulum, termasuk Kyai Chudhori bareng-bareng masak nasi. Saat masakan sudah siap, nasi dan lauk sambel sudah diletakkan di bancikan pondok sebagai nampannya. Dan para santri sudah berkerumun, Kyai Chudori sudah siap-siap melahap. Tiba-tiba dari kamar pondok Gus Dur berteriak dengan keras: “Polisi polisi polisi…”

Mendengar teriakan itu sontak Kyai Chudhori lari tunggang langgang untuk sembunyi. Refleks traumatiknya dari itu masih ada. Akhirnya makanan hasil masakannya disantap Gus Dur dan teman-temannya. Tentu Kyai Chudhori setelah sadar diperdaya oleh Gus Dur tersenyum kecut karena tidak hadir menyantap hasil masakannya.

Gus Sholeh Hamid

Dalam buku Tambakberas, ada tulisan berjudul “Usilnya Gus Dur” ditulis oleh KH. Abdul Nashir Fattah (2017: 160-161). Dalam buku itu diceritakan bahwa “Ketika itu sekitar tahun 60-an, beliau mondok di Tambakberas, Di samping sebagai santri, Gus Dur juga termasuk keluarga dekat. Karenanya, beliau akrab dengan Gawagis (Para Gus Tambakberas), baik yang umurnya di atasnya atau sepantaran. Ada Gus Sholeh, Gus Malik, Gus Aman, Gus Ghozi, dan lain-lain.”

Adalah Gus Sholeh, atau KH. Moh Sholeh Abdul Hamid, yang di kemudian hari menjadi salah satu Pengasuh di Bahrul Ulum, menjadi korban keusilan Gus Dur. Kisahnya, semenjak masih muda, Gus Sholeh terbiasa menghafalkan surat-surat pendek Al-Qur’an. Di waktu malam menghafalkan, kemudian pagi harinya dilalar (diulang-ulang). Keadaan melalar ini beliau lakukan dengan memutar masjid Tambakberas. Dimulai dari menara, yang waktu itu masih terpisah dari masjid, kemudian sampai pada menara lagi. Demikian berulang-ulang.

Waktu itu surat yang beliau hafalkan dan lalar adalah surat at-Takwîr. Sebagaimana biasanya, beliau melalarnya dengan memutari masjid dan menara. Kebiasaan ini sudah lama diketahui Gus Dur. Suatu saat, tanpa sepengetahuan Gus Sholeh, Gus Dur masuk dalam menara. Gus Dur tahu, setiap sampai pada menara, selalu ayat yang dilantunkan Gus Sholah adalah fa aina tadzhabun (kemana engkau pergi). Sambil mencermati ayat yang dilantunkan, pada putaran berikutnya, ketika sudah sampai pada menara, maka Gus Sholeh melantunkan ayat itu, fa aina tadzhabun. Lalu, tanpa sepengetahuan Gus Sholeh, ada suara: “Ila WC Gus (ke WC Gus)”, jawab Gus Dur spontan.

Tentang Gus Sholeh Hamid juga diceritakan, dalam tulisan “Humor KH. Amanulloh dan Gus Dur”, yang ditulis Gus Wafi, yang memperoleh cerita dari Gus Salman bersumber dari KH. Amanulloh. Suatu hari KH. Amanulloh dan Gus Dur menggoda Gus Sholeh muda. Gus Sholeh dalam cerita Gus Dur, sangat telaten menghormati tamu-tamu yang akan sowan ke KH. Abdul Wahab Hasbulloh. Lebih-lebih lagi kalau tamu itu berpakaian jas, yang biasanya seorang pejabat. Kyai Sholeh akan menyambut tamu itu yang kemudian diantar sowan ke Ndalem Mbah Wahab Hasbulloh.

Karena mengetahui kebiasaan itu, Gus Sholeh dan KH. Amanulloh bersekongkol untuk menggoda saudara tuanya itu. Mereka berdua menyampaikan kepada saudara tuanya itu, bahwa ada tamu menggunakan jas ke pondok. Seketika Gus Sholeh mencari tamu yang menggunakan jas untuk diantar sowan kepada Mbah Wahab. Setelah dicari-dicari ternyata tamu itu tidak ada, lalu Gus Dur dan Kyai Aman ditanya Gus Sholeh: “Mana tamunya?” Mereka berdua menjawab: “Itu tamunya,” sambil tertawa menunjuk kepada seorang santri murid pencak Kyai Wahab.Karena merasa digoda oleh saudara-saudaranya itu, Gus Sholeh hanya tersenyum kecut, dan Gus Dur beserta Kyai Aman langsung tertawa lepas, sudah berhasil mengerjai saudara tuanya itu.

KH. Abdul Wahab Hasbullah dan KH. Bishri Syansuri
Ini cerita yang sudah sering beredar, yaitu cerita perdebatan KH. Abdul Wahab Hasbullah dan KH. Bishri Syansuri, yang disaksikan oleh Gus Dur bersama Kyai Fattah Hasyim yang membicarakan soal hukum drum band. Perbincangan dua kakek Gus Dur itu yang awalnya mengalir, kemudian mengerucut pada soal drum band yang saat itu berkembang di kalangan santri putri.

Yang memiliki sanad cerita ini, di antaranya adalah Gus Yahya Staquf yang menyebutkan cerita ini dalam teronggosong.com (3 Februari 2013). Gus Yahya memperoleh cerita dari Mahrus Husain, sepupunya, yang memperoleh cerita dari kakak iparnya bernama Kyai Abdul Nashir Fattah, dari ayahnya bernama Kyai Abdul Fattah Hasyim bin Idris. Ceritanya pada suatu bahsul masail tentang hukumnya drum band Kyai Wahab dan Kyai Bishri berdebat sengit sampai Kyai Bishri menggebrak meja. Tak mau kalah, Kyai Wahab juga menggebrak meja, bahkan dengan kaki. Orang-orang sangat ketakutan dan khawatir NU akan pecah gara-gara drum bund. Tidak dikira ternyata dalam waktu jeda, keduanya saling melayani satu sama lain dalam jamuan makan, seperti tidak terjadi apa-apa.

Dalam cerita perdebatan itu, Gus Dur menyaksikan diajak oleh KH. Abdul Fattah Hasyim, dalam versi penuturan Novel Peci Miring (ditulis Aguk Irawan), dengan bahasa begini:

“Itu lagi… Itu lagi,” ucap KH. Abdul Wahab Hasbullah.
“Karena kita tidak sependapat dengan Drum Band itu Mas,” ucap Kyai Bishri.
“Soalnya awakmu selalu menggunakan fiqhmu,” ucap Kyai Wahab. “Kau tidak pernah mendengarkan ushul fiqhku.”
“Apa ndak salah” bantah Kyai Bishri. “Mas Wahab yang tidak pernah mau menengok fiqh, selalu saja berpijak pada teori ushul.”
“Karena ushul itu adalah persoalan yang penting. Tanpa ushul kamu buta mengenai fiqh.”
Tetapi umat lebih membutuhkan fiqh, lebih penting soal fiqh daripada ushul.”
“Sudah-sudah, kalau begini tidak akan selesai-selesai,” Kyai Fattah menenangkan mereka berdua. Dan kemudian Kyai Fattah mengajak Gus Dur meninggalkan pertemuan itu.

Dalam perdebatan itu, Kyai Bishri mengajarkan sangat berhati-hati soal aurat perempuan dalam drum band. Sementara KH. Wahab mengajarkan betapa pentingnya memandang aspek mashlahatnya. Di antara alasannya, santri-santri putri yang ingin membuat drum band itu tidak melepaskan kerudung, dan tidak berlenggak lenggok. Dalam NU online (20 April 2006) kemudian dikutip bahwa Kyai Wahab kemudian menemui Kyai Bishri: “Nggak apa-apa wong masih pakek kerudung kok, gak seperti Gerwani. Pokoknya auratnya gak kelihatan.” Kyai Bishri terdiam dan tidak malarang.

Pada periode Tambakberas ini, Gus Dur mulai menempa diri dalam soal kepemimpinan, karena dalam umur yang belia sudah dipercaya menjadi kepala madrasah, juga membaca buku-buku Ikhwanil Muslimin, berziarah dan melakukan riyadhoh khas pesantren, menghafal teks-teks klasik, dan mengaji kitab-kitab, termasuk menghafal bait-bait Nahwu dalam tatabahasa Arab. Setelah itu Gus Dur pergi ke Kairo untuk melanjutkan studi, dan Greg Barton mencatat terajadi pada bulan November 1963; tetapi oleh catatan di buku Tambakberas disebutkan Gus Dur menjadi kepala sekolah sampai tahun 1966. Wallohu a’lam.

al fatihah

Karomah Mbah Ma'shoem Lasem, Dari Kurungan Ayam Hingga Bertamunya Walisongo


Mbah ma'sum

Kyai Kholil (Bangkalan, Madura) mengatakan kepada santrinya: “Tolong buatkan aku kurungan Ayam Jago, sebab besok akan ada Jagoan dari tanah Jawa yang datang ke sini.” Kemudian esoknya, datanglah seorang pemuda bernama Muhammadun (nama almarhum Mbah Ma’shoem di kala muda) dari tanah Jawa.

Oleh Kyai Kholil, pemuda itu diminta masuk ke dalam kurungan Ayam Jago tersebut. Dengan penuh pasrah dan ketundukan terhadap gurunya, pemuda itu pun masuk dan duduk berjongkok ke dalam kurungan Ayam Jago tadi. Kyai Kholil kemudian berkata kepada segenap santri beliau: “Inilah yang kumaksudkan sebagai Ayam Jago dari tanah Jawa, yang ktelak akan menjadi Jagoan Tanah Jawa.”
Itulah secuil kisah nyata yang penulis kutip dari sinopsis buku Manaqib Mbah Ma’shoem Lasem.

Mbah Ma’shoem diperkirakan lahir pada tahun 1868. Beliau adalah anak bungsu pasangan Ahmad dan Qosimah. Oleh orangtuanya ia kemudian diserahkan kepada Kiai Nawawi, Jepara, untuk mempelajari ilmu agama, karena sejak kecil dia telah ditinggal wafat oleh ibunya. Dari Kiai Nawawi dia mendapat pelajaran dasar ilmu alat (nahwu) yang diambil dari kitab Jurumiyyah dan Imrithi

Suatu saat, di Semarang, dia tertidur dan bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW. Ketika di Bojonegoro, dia tidak hanya bermimpi, melainkan, antara tertidur dan terjaga, dia bertemu dengan Nabi, yang memberikan ungkapan La khayra ilia fi nasyr al-ilmi, yang artinya “Tidak ada kebaikan (yang lebih utama) daripada menyebarkan ilmu”.

Bahkan, ketika berada di rumahnya sendiri, dia bermimpi kembali. Dalam mimpinya, ia bersalaman dengan Nabi Muhammad SAW, yang berpesan: “Mengajarlah, segala kebutuhanmu insyaAllah akan dipenuhi semuanya oleh Allah.” Di kemudian hari, Mbah Ma’shoem menjadi ulama besar yang dikenal memiliki banyak karamah. Ini salah satu kisah karomahnya:

Suatu hari, datang sembilan orang tamu ke Lasem. Mereka ingin berjumpa dengan Mbah Ma’shum.Namun, karena tuan rumah sedang tidur, Ahmad, seorang santrinya, menawarkan apa perlu Mbah Ma’shum dibangunkan. Ternyata mereka menolak.Lalu mereka semua, yang tadinya sudah duduk melingkar di ruang tamu, berdiri sambil membaca shalawat, kemudian berpamitan.
“Apa perlu Mbah Ma’shoem dibangunkan?,” tanya Ahmad sekali lagi.

Tidak usah,” ujar mereka serempak lalu pergi.

Rupanya saat itu Mbah Ma’shoem mendusin dan bertanya kepada Ahmad perihal apa yang baru saja terjadi.Setelah mendapat penjelasan, Mbah Ma’shoem lekas meminta kepada Ahmad agar mengejar tamu-tamunya. Tapi apa daya, mereka sudah menghilang, padahal mereka diperkirakan baru sekitar 50 meter dari rumah Mbah Ma’shoem.

Ketika Ahmad akan melaporkan hal tersebut, Mbah Ma’shoem, yang sudah bangun tapi masih dalam posisi tiduran, mengatakan bahwa tamu-tamunya itu adalah Walisanga dan yang berbicara tadi adalah Sunan Ampel. Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Mbah Ma’shum tertidur pulas lagi.

Subhanallah… Inilah bagian dari kisah karomah betapa kyai Ma’shoem memiliki ketinggian kedudukan spiritualnya. Selain ini, masih terdapat banyak karomah yang terjadi dalam hidup beliau. Akhirnya, pembaca Media Ikhram, semoga dengan kisah ini dapat bermanfaat dan mengambil pelajaran dari karomah almarhum Kyai Ma’shoem. Wallahu a’lam bisshawab…

#alfatihah

Amalan Untuk Melancarkan Rezeki Dari Mbah Maimun



IJAZAH DARI SYAIKHONA KH. MAIMUN ZUBAIR

Agar rizqi kita banyak lagi barokah, selalu melimpah bagai hujan deras..!

Kemiskinan jika tidak memiliki iman yang kuat bisa mendekatkan kepada kekufuran, maka kita memerlukan sebuah wirid atau amalan yang di berikan oleh para masyayih atau guru guru kita. Dengan barokah do'a dari beliau.

Semoga apa yang kita amalkan dari beliau lekas mendapat jawaban atau ijabah dari Alloh.

Namun istiqomah selalu di butuhkan untuk sebuah kesuksesan atau keberhasilan. Inilah ijazah dari Syaikhona KH. Maimun Zubair agar
mempermudah dapat rizqi yang banyak dan barokah.
Yang bersedia silahkan tulis di komentar anda :

"Qobiltu Atau saya terima ijazah ini”.

Bacalah ( ﻳﺎﻟﻄﻴﻒ - Ya Lathif) sebanyak 129X setelah sholat fardu.
kemudian bacalah ayat di bawah sebagai doa 1X.

ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﺸﻮﺭﻯ "- ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻄﻴﻒ ﺑﻌﺒﺎﺩﻩ ﻳﺮﺯﻕ ﻣﻦ ﻳﺸﺎﺀ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻘﻮﻱ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ "
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻧﻲ ﺃﺳﺄﻟﻚ ﺭﺯﻗﺎ ﺣﻼﻻ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻃﻴﺒﺎ

Allahu latifun bi'ibaadihi yarzuqu maiyasya' wahuwal
qowiyul Aziz…
Allahumma inni as'aluka rizqon halalan katsiron thoiyiban.

Artinya:
"Alloh sangat lembut kasih sayang-Nya pada hamba hamba-Nya, dan memberikan rizqi pada orang yang di
kehendaki, Dan Dialah Alloh yang maha kuat lagi maha perkasa.
Ya Alloh sesungguhnya aku memohon kepada-MU Rizqi
yang halal yang banyak dan baik”.
Baca juga :Tirakatmu menentukan masa depan suamimu
Semoga rizqi kita di beri oleh Alloh Rizqi yang banyak dan barokah dan melimpah seperti hujan dengan
mengamalkanya..
Amin....

KH HASYIM ASY'ARI dan NABI KHIDIR








Hujan turun dengan begitu deras di Kabupaten Bangkalan saat itu, khususnya di Demangan, pondok pesantren asuhan Syaikhona Kholil al-Bangkalani. Meski hujan mengguyur dengan derasnya, ada saja orang yang bertamu kepada beliau.

Terlihat di antara rerintik hujan yang semakin deras, seorang tua lumpuh dengan susah payah hendak berkunjung menemui Syaikhona Kholil. Syaikhona segera tanggap, beliau lalu memerintahkan santrinya untuk menyusul.

“Adakah di antara kalian yang mau menggendong dan membawa tamuku di luar sana itu?”

“Biar saya saja, Yai,” 

jawab seorang santri muda mendahului teman-temannya.
Santri muda itu bergegas meloncat menembus rerintik hujan yang semakin deras, menghampiri orang tua itu.

Tanpa pikir panjang, ia menggendongnya untuk menemui Syaikhona Kholil.
Dengan sangat akrab, Syaikhona Kholil menyambut tamunya, dan di antara keduanya terjadi dialog empat mata. Tidak beberapa lama, rupanya percakapan mereka telah usai.

Syaikhona Kholil mendatangi santri-santrinya untuk meminta bantuan lagi, “Siapakah di antara kalian yang mau membantu orang tua ini untuk kembali pulang?”
“Biar saya Yai,” sahut santri yang tadi menggendong orang tua tersebut. lalu santri muda itu dengan penuh rasa takzim menggendongnya keluar pondok pesantren dengan hati-hati sesuai perintah Syaikhona Kholil.

Baca juga : Karomah mbah Mangli

Setelah santri dan tamu tua itu keluar dari kawasan pesantren, Syaikhona Kholil berkata kepada santri-santrinya yang lain, “Santri-santriku, saksikanlah bahwa ilmuku telah dibawa santri itu.”

Dan ternyata yang digendong oleh santri tersebut adalah Nabiyullah Khidir ‘alahis salam yang bersilaturahmi kepada Syaikhona Kholil dan santri yang menggendongnya adalah Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari muda (Pediri Nahdlatul Ulama), yang kemudian mewarisi keilmuan Syaikhona Kholil al-Bangkalani.


Galeri ulama salaf
#mbahhasyim
#mbahkholilbangkalan

MENGENANG SANG WALI QUTUB (ABUYA DIMYATI,PANDEGLANG-BANTEN)


https://galeriulamasalaf.blogspot.com

Manaqib Abuya Dimyati Banten salah satu murid Waliyulloh KH.AHMAD RU'YAT KALIWUNGU.

MENGENANG SANG WALI QUTUB (ABUYA DIMYATI,PANDEGLANG-BANTEN) 

Sinopsis Buku: Manakib Abuya Cidahu (Dalam Pesona langkah di Dua Alam)

Alangkah ruginya orang Indonesia kalau tidak mengenal ulama satu ini. Orang bulang Mbah Dim Banten atau Abuya Dimyati bin Syaikh Muhammad Amin. Beliau adalah tokoh kharismatik dunia kepesantrenan, penganjur ajaran Ahlusunah Wal Jama’ah dari pondok pesantren, Cidahu, Pandeglang, Banten.

Beliau ulama yang sangat konsen terhadap akhirat, bersahaja, selalu menjauhi keduniawian. Wirangi (hati-hati dalam bicara, konsisten dalam perkataan dan perbuatan). Ahli sodakoh, puasa, makan seperlunya, ala kadarnya seperti dicontohkan Kanjeng Nabi, humanis, penuh kasih sesama umat manusia. Kegiatan kesehariannya hanya mulang ngaji (mengajar ilmu), salat serta menjalankan kesunatan lainnya.

Beliau lahir sekitar tahun 1925 anak pasangan dari H.Amin dan Hj.Ruqayah. Sejak kecil Abuya Dimyathi sudah menampakan kecerdasannya dan keshalihannya, beliau belajar dari satu pesantren ke pesantren lainnya mulai dari Pesantren Cadasari, kadupeseng Pandeglang, ke Palimanan hingga ke Pleret Cirebon. Semasa hidupnya, Abuya Dimyathi dikenal sebagai gurunya dari para guru dan kiainya dari para kiai, sehingga tak berlebihan kalau disebut sebagai tipe ulama Khas al-Khas. 

Masyarakat Banten menjuluki beliau juga sebagai pakunya daerah Banten, di samping sebagai pakunya negara Indonesia . Di balik kemasyhuran nama Abuya, beliau adalah orang yang sederhana dan bersahaja. Kalau melihat wajah beliau terasa ada perasaan ‘adem’ dan tenteram di hati orang yang melihatnya.


Baca juga : Mbah Hasyim Asyari Menggendong Nabi Khidzir

Abuya Dimyati, begitu panggilan hormat masyarakat kepadanya, terlahir tahun 1925 di tanah Banten, salah satu bumi terberkahi. Tepatnya di Kabupaten Pandeglang. Abuya Dimyathi dikenal sosok ulama yang cukup sempurna dalam menjalankan perintah agama, beliau bukan saja mengajarkan dalam ilmu syari’ah tetapi juga menjalankan kehidupan dengan pendekatan tasawuf, tarekat yang dianutnya tarekat Naqsabandiyyah Qodiriyyah. 

Maka wajar jika dalam perilaku sehari-hari beliau penuh tawadhu’, istiqamah, zuhud, dan ikhlas. Abuya adalah seorang qurra’ dengan lidah yang fasih. Wiridan al-Qur’an sudah istiqamah lebih dari 40 tahun. Kalau shalat tarawih di bulan puasa, tidak turun untuk sahur kecuali setelah mengkhatamkan al-Qur’an dalam shalat.. Oleh karenanya, tidak salah jika kemudian kita mengategorikan Abuya sebagai Ulama multidimensi.

Dibanding dengan ulama kebanyakan, Abuya Dimyathi ini menempuh jalan spiritual yang unik. Beliau secara tegas menyeru: “Thariqah aing mah ngaji!” (Jalan saya adalah ngaji). Sebab, tinggi rendahnya derajat keualamaan seseorang bisa dilihat dari bagaimana ia memberi penghargaan terhadap ilmu. Sebagaimana yang termaktub dalam surat al-Mujadilah ayat 11, bahwa Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. 

Dipertegas lagi dalam hadis nabi, al-Ulama’u waratsatul anbiya’, para ulama adalah pewaris para nabi. Ngaji sebagai sarana pewarisan ilmu. Melalui ngaji, sunnah dan keteladanan nabi diajarkan. Melalui ngaji, tradisi para sahabat dan tabi’in diwariskan. Ahmad Munir berpendapat bahwa ilmu adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya.

Saking pentingnya ngaji dan belajar, satu hal yang sering disampaikan dan diingatkan Mbah Dim adalah: “Jangan sampai ngaji ditinggalkan karena kesibukan lain atau karena umur”. Pesan ini sering diulang-ulang, seolah-olah Mbah Dim ingin memberikan tekanan khusus; jangan sampai ngaji ditinggal meskipun dunia runtuh seribu kali! Apalagi demi sekedar hajatan partai. 


Baca juga : Karomah Mbah Mangli Yang Dapat Melipat Bumi

Urusan ngaji ini juga wajib ain hukumnya bagi putra-putri Mbah Dim untuk mengikutinya. Bahkan, ngaji tidak akan dimulai, fasal-fasal tidak akan dibuka, kecuali semua putra-putrinya hadir di dalam majlis. Itulah sekelumit keteladanan Mbah Dimyati dan putra-putrinya, yang sejalan dengan pesan al-Qur’an dalam surat al-Tahrim ayat 6, Qu anfusakum wa ahlikum naran.

Dahaga akan ilmu tiada habis, satu hal yang mungkin tidak masuk akal bila seorang yang sudah menikah dan punya putra berangkat mondok lagi, bahkan bersama putranya. Tapi itulah Abuya Dimyati, ketulusannya dalam menimba ilmu agama dan mensyiarkannya membawa beliau pada satu tingkat di atas khalayak biasa.

Abuya berguru pada ulama-ulama sepuh di tanah Jawa. Di antaranya Abuya Abdul Chalim, Abuya Muqri Abdul Chamid, Mama Achmad Bakri (Mama Sempur), Mbah Dalhar Watucongol, Mbah Nawawi Jejeran Jogja, Mbah Khozin Bendo Pare, Mbah Baidlowi Lasem, Mbah Rukyat Kaliwungu dan masih banyak lagi. 

Kesemua guru-guru beliau bermuara pada Syech Nawawi al Bantany. Kata Abuya, para kiai sepuh tersebut adalah memiliki kriteria kekhilafahan atau mursyid sempurna, setelah Abuya berguru, tak lama kemudian para kiai sepuh wafat.(hal 396).

Ketika mondok di Watucongol, Abuya sudah diminta untuk mengajar oleh Mbah Dalhar. Satu kisah unik ketika Abuya datang pertama ke Watucongol, Mbah Dalhar memberi kabar kepada santri-santri besok akan datang ‘kitab banyak’. Dan hal ini terbukti mulai saat masih mondok di Watucongol sampai di tempat beliau mondok lainya, hingga sampai Abuya menetap, beliau banyak mengajar dan mengorek kitab-kitab. 

Di pondok Bendo, Pare, Abuya lebih di kenal dengan sebutan ‘Mbah Dim Banten’ dan mendapat laqob ‘Sulthon Aulia’, karena Abuya memang wira’i dan topo dunyo. Pada tiap Pondok yang Abuya singgahi, selalu ada peningkatan santri mengaji dan ini satu bukti tersendiri di tiap daerah yang Abuya singgahi jadi terberkahi

Namun, Kini, waliyullah itu telah pergi meninggalkan kita semua. Abuya Dimyathi tak akan tergantikan lagi. Malam Jumat pahing, 3 Oktober 2003 M/07 Sya’ban 1424 H, sekitar pukul 03:00 wib umat Muslim, khususnya warga Nahdlatul Ulama telah kehilangan salah seorang ulamanya, KH. Muhammad Dimyati bin KH. 

Muhammad Amin Al-Bantani, di Cidahu, Cadasari, Pandeglang, Banten dalam usia 78 tahun. Padahal, pada hari itu juga, dilangsungkan acara resepsi pernikahan putranya. Sehingga, Banten ramai akan pengunjung yang ingin mengikuti acara resepsi pernikahan, sementara tidak sedikit masyarakat –pelayat- yang datang ke kediaman Abuya. 

Inilah merupakan kekuasaan Allah yang maha mengatur, menjalankan dua agenda besar, “pernikahan” dan “pemakaman”. (tor/abu-abu/Dari berbagai sumber)

#abuyadimyatibanten

#walikutub
Notification
Ini adalah popup notifikasi.
Done